Di ujung sepi aku menarikan jemariku di atas Vaio, sebuah laptop buatan luar negeri yang aku sendiri lupa dari mana. Aku melenggak-lenggokkan jemari hanya untuk menguraikan segenap keberadaan kegundahan yang melingkari kalung hatiku. Bukan untuk memesona segala mimpi yang sengaja diukir di tebing-tebing mimpi atas kidung cinta.
Karena janjinya, telah kuikuti mentari yang tak malu mengeluarkan cahaya. Meskipun tubuh ini semakin layu karena tlah terorganisir oleh jejak-jejakku sendiri.
Aku pernah mencoba menerima yang baru kemarin dan semalam. Meskipun, kedatangannya yang menggendong segudang permata membongkahkan pikiranku. Tak mampu merayu hatiku yang sunyi ini. Tak punya cara yang pas untuk menarik hatiku. Malah, aku tak lagi bercahaya di tengah tamaram lampu neon yang mereka tawarkan. Bukan tidak ada arus yang cukup atau kabel lemah fungsi. Tapi ... seluruhku telah terhunus...oleh sebuah hubungan yang sebenarnya jauh secara fisik. Aku malah lebih manja dengan cahaya samar-samar yang pernah diberikan Dalaf. Karena dengan cahaya itu aku terwujud kesederhana yang membuai seluruh pengertian dan kesabarannya terhadap diriku.
Keyakinanku yang sulit dipatahku...saat berikrar dengannya kemarin. Menikah walau usia kapanpun aku tak mengetahui. Mungkinkah itu sekedar janji-janji yang membangun asa yang pasti. Janji-janji untuk kebahagiaan sesaat. Tapi aku ikhlas menerima janji itu. Aku mengikat diriku dari pengaruh apapun saat ini dengan sebuah janji yang kini kuharap dari Allah untuk mengabulkannya. Karena Allah-lah yang Maha Pemberi rezeki. Rezeki berupa jodoh antara aku dan Dalaf
Allah hamba mohon tolong jawab pertanyaan hambamu yang hina ini.
Kini aku terlalu yakin kalau dia adalah jodoh yang Engkau titip untukku. Dia lelaki yang terbaik yang Engkau pilih untukku.
Detik 9 September itu semakin dekat. Aku begitu geratil tiap saat menghitungnnya. Ya Allah Ya Rabbi. Setelah melihat semua perlakuannya yang tergambar dari mata belakangku, baru aku sadar. Ketulusan yang benar-benar aku rasakan menimbulkan keyakinan yang kuat di hatiku. Walau aku telah hancur sehancurnya Meski darah mengalir dan jantung terus memompa. Atau aku tetap merasakan mati, akibat ketidakdipilihnya, aku masih saja yakin Dialah lelaki pendekap Jaket hitam yang merupakan Jodoh yang dititip Allah untukku.
Doa hamba di Puasa ke 18 ini adalah
Allah hamba ingin dia kembali! Kembali memberi cinta itu. Walau di akhir usianya.
Aku ingin menikah dengannya. Walau itu pada detik nadi terkahirku. Walau tak lama. Aku ingin memiliki SYURGA CINTA di dunia ini, agar SYURGA CINTA di Akhirat mengikuti. Aku hanya senyum dengan sebongkah keberanian melawan seluruh ketakutan yang aku punya. Aku berani bercita-cita ingin menikah dengannya. Cita-cita yang kelihatan bodoh di mata siapapun. Kebodohan di mata manusia, belum tentu kebodohan di mata Allah. Hanya kepada-Nya tempatku kembali. I Love U Dalaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar