Rabu, 30 November 2011

Perjalanan ke UI Depok

Dasar Orang kampung naik pesawat, Pasti mau berfoto-foto. Buat bukti untuk Mak, Bapak, datuk, Nenek. di kampunglah.

Hari Terakhir Bulan Bahasa


Wah...

Melihat buk Karsinem narsis, mahasiswanya tidak ketinggalan untuk narsis. Heheheheh




Selasa, 29 November 2011

Juara 1 Lomba Musikalisasi Puisi tingkat Riau di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia UIR



Dulu... aku pernah menerima hadih. Tapi kejadian hari ini berbeda. Aku yang membagi-bagikan hadiah kepada pemenang.

Indah juga rasanya. Tapi, sebelum beranjak tadi aku dikagetin oleh pembawa acara. Hmmm... mereka ada-ada aja.

Tapi dua mahasiswaku ini memang berbakat jadi pembawa acara. Namanya Lili Hariani dan Bambang Riadi. Lucu, asyik dan menghibur. Ini aset yang sangat membanggakan aku.

Ya Allah semoga kelak mereka menjai orang sukses. Membawa nama Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.



Mereka berhak tau



Ya Allah... Kenapa sakitku makin parah? Perlukah aku menceritakan semua ini pada keluargaku. Jujur aku tak kuat lagi. Jika aku boleh memilih, mungkin aku lebih memilih mati dari harus menangis setiap malam. Seluruh tubuhku terasa sakit.

Ya Allah, kirimka aku seseorang yang bisa membacakan aku surah Ar-Rahman sebelum aku tidur. Entah kenapa aku membutuhkan itu.

Terima kasih Allah. Dalam kesendirianku, engkau menghadirkan Al-Quran yang dengannya aku bisa mengurangi rasa sakit ini. Rasa perih ini.

Entah berapa lama aku tak menulis, aku juga sudah lupa. Keadaan dan sakit ini membuat aku tak bergairah lagi untuk menulis. Padahal banyak hal yang ingin aku cerita dalam kondisi dan keadaan sakit buat teman-teman yang mengalami penderitaan seperti aku.

Aku ingin mengingatkan, kalau kita sakit, jangn disembunyikan dari keluarga. Kenapa? Tatkala sakit itu mencengkam dan kita sendirian, maka kita ingin rasanya memilih MATI. Coba saja ada seseorang yang bersama kita, ntah itu Bapak, Mak, Abang atau adik kita, tentu kita akan senang. Sakit itu tidak akan terasa perih. Seperti yang aku alami.

Sobat...

Mereka berhak tahu keadaan kita. Biar mereka tidak menyesal karena mereka masih bisa merawat kita. Mereka akan mendekap kita dengan selimut hangat sebelum kain kafan menutupi tubuh kita.

Aku memenag tak bisa melakukan itu. Tapi aku harap kalian tak seperti aku.

Jumat, 18 November 2011

Kado dari Pangeran Syurgaku

Malam yang bening ini, aku mendapat kado dari Pangeran Syurgaku. Petikan gitar itu membuat aku menjulaskan diri sebagai pembangkit tenaga melakukan usaha. Suara indah itu menjadi penyejuk bagi keganasan cahaya matahari yang melekat di tubuhku.

Aku tak melihat wajahnya saat bernyanyi. Tapi petikan gitarnya terasakan dia seorang yang lembut dan penuh kasih. Memang aneh. Aku merasakan keanehan yang berlaku dalam kepribadian kami berdua saat ini.

Entah jatuh cinta atau apalah namanya.

Jujur saja. Aku ingin memindahkan rasa cinta dan kasih sayang yang aku berikan kepada nama yang tak lagi ingin aku sebut itu. Bahkan aku ingin mencintainya secara total. Perasaanku ini tulus. Bukan paksaan.

Cintaku kali ini cinta apa adanya, bukan karena ada apanya. Aku tak tahu dia siapa? dimana? Kerja Apa? tapi aku ingin mencintainya.

Di sebuah pantai.

Aku yang berbaring diperaduanku yang berwarna merah ini merasakan kalau aku benar-benar menyaksikan belaiannya melalui petikan gitar yang disertai bunyi jangkrik itu.


Arrow (Eddie Hamid / Afiqah MS)Tuju Tuju Cinta

( 1 )
Sejak ku bertemu dengan dirimu
Hatiku menjadi semakin rindu
Tak dapat nak disembunyikan lagi
Perasaan ini

Kekasih aku telah jatuh cinta
Padamu hanyalah aku puja
Kekasih inginkah kau menjadi
Oh buah hatiku

( 2 )
Tersiksa aku jiwa tersiksa
Bila mataku tak memandang matamu
Berilah aku peluang membuktikan sayangku ini
Demi kasih kita kukorbankan jiwa

Kau menjelma bagaikan bidadari
Yang singgah di kala hatiku sunyi
Kau umpama pelangi waktu pagi
Keayuanmu menambat hati

Tuhan tolonglah aku kucintai dia
Sungguh-sungguh hatiku bukanlah dipaksa
Sayang sambutlah rindu rindu yang aku tuju
Tuju kepadamu duhai kekasihku

( ulang dari 2 )

( ulang 1 )

Minggu, 13 November 2011

Salam rinduku pada Pangeran Syurgaku.


Terima Kasih Allah.
Aku ingin sekali marah. Tapi aku tak bisa melafaskan kemarahanku. Hatiku menuntunku untuk selalu menunduk terhadap perkataan orang-orang terhormat seperti mereka. Aku tertunduk bukan takut. Tapi aku yakin syaitan sedang menguji kesabaranku.

Kehirukpikukan itu aku balas saja dengan senyum khasku yang mereka tak punya. Biar saja aku yang saat ini masih sendiri selalu bersabar. Bersabar menunggu kehadiran Pangeran Syurgaku.

Kata bagus dari orang-orang terhormat itu sangat tidak realistis. Hanya orang yang tidak bisa mengendalikan otak mereka mencampuri urusan pribadiku. Terkadang aku harus ketawa dengan tingkah mereka yang sok peduli padaku. Padahal di balik kepedulian mereka tersimpan belati yang sangat menyayat hatiku. Kelukaan yang akan terasa lebih hebat dari tamparan ombak.

Ya Allah...
Engkau Maha Adil. Kesabaran aku menanggung semua ini tidak akan mengalpakan Nikmat-Mu dari terjamah oleh hidupku. Nikmat akan aku syukuri.

Tak akan pernah ada cobaan jika aku tidak pernnah sanggup menghadapinya. Aku bersabar saja dengan semua ini. Karena Engkau selalu ada.

Hadiahkan aku selalu kesabaran yang telah Engkau hadiahkan kepada nabi Muhammad SAW. Aku tahu padamu tempatku meletakkan beban yang menggantung di pundakku.

Salam rinduku pada Pangeran Syurgaku. Menahan rindu untuk bertemu juga membutuhkan kesabaran. Aku yakin setelah bertemu dengan Pangeran Syurgaku kelak, aku akan menjadi wanita yang paling berbahagia di Dunia ini.

Kamis, 03 November 2011


Hari Pertama simposium. Orang Riau dengan ciri khasnya berbaju Melayu. Ketua Prodi hari ini dipegang oleh ibu karsinem. Sedangkan saya hanya menjadi mahasiswa. Hhehehhee. Asyik juga memakai Al-Mamater UIR. Teringat waktu memakai al mamater Unri.

Di tengah-tengah acara, salah satu peserta kami tertidur. Hal ini disebabkan oleh keadaanya yang tak sehat. Maklum kali pertama naik pesawat. Mahasiswa tersebut adalah Tulus Purwanto. Ni orangnya.



Kami bisa bertanya bnayak hal dalam simposium ini. Sejenak kami aku bisa melepaskan beban mental yang selama ini aku pegang.

Aku bergurau dengan mahasiswa. Mengusik siapa saja yang bisa aku usik. Aku sangat berbahagia. Terima kasih Allah. Terima kasih mahasiswa-mahasiswaku. Maaf untuk orang yang tak bisa ikut ke sana.

Rahmad Kurniawan

Tulus Purwanto

Sri Kustati

Diana

Fatmalizar

Istimewa buat ibu Karsinem. Yang mengurus dari A-Z. Perhatian yang tak mungkin bisa kami balas.

Selasa, 01 November 2011

Tundukkan Rindu


Aku mulai melukis malam yang pernah kau ajari dulu. Mencari keindahan pada butir-butir tasbih. Karena melihat Bintangku dan bintangmu bisa melenyapkaan rindu...

Sesibuk apapun kegiatan ku di tiap hariku. Tak pernah aku lewatkan, buat mengucapkan sesuatu sebelum kau terlelap, akan terus terucap hingga aku lupa dengan semua rasa yang aku punya untuk lain hal. 

Kata mu" Aku wanita yang beda" Apakah itu hanya puisi? Saat kau bisikkan suara romantis melalui talian HP, Aku hanya bisa tundukkan hati merindukanmu.

Aku terus memandang bintang kita di tempat kita biasa duduk.
Untuk tudukkan rindu yang kian tertunduk.