Kamis, 11 Agustus 2011

Dalaf "Kanda adil kok.".. (Doa Puasa ke-11)

Terima kasih Ya Allah Yang Maha Adil.

Engkau selalu memberi ketabahan pada hatiku yang membuncah rasa cinta untuk Dalaf. Di posisiku yang tidak berembuk pada pembantaian logika, aku merasakan Allah selalu Adil kepadaku. Begitu juga Dalaf, dia selalu adil membuat sebuah keputusan.

Saat aku ingin memilikinya, dia tidak memilihku. Aku pikir, itu adalah keadilan dari Allah untukku melalaui Dalaf.

 
Pengertian adil yang diungkapkan Abu Mujahid mengartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam memberikan hak orang lain, tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Seperti yang dijelaskan Al Qur’an dalam surah Ar Rahman/55:7-9. “Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”. Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim. Dalam Al Qur’an kata adil dan anak katanya diulang sekitar 30 (tiga puluh) kali. Al Qur’an mengungkapkannya sebagai salah satu dari asma’ al husna Allah dan perintah kepada Rasulullah untuk berbuat adil dalam menyikapi semua umat yang muslim maupun yang kafir. Begitu juga perintah untuk berbuat adil ditujukan kepada kaum mukminin dalam segala urusan.
Dalam kehidupan, setiap saat aku merasakan adil. Bagaimana tidak, saat namaku kini diburuk-burukkan oleh orang-orang yang tidak senang denganku di berbagai pihak. Aku selalu mendapat kebahagiaan yang aku sendiri tak tahu kapan di mulainya. Hatiku selalu saja merasa bahagia meskipun aku diperkatakan secara tidak wajar.

Saya tetap saja diberikan oleh Allah sebuah senyum khas menurut kak Ema, mmm... lucu memang. Bagiku perkataan orang lain tak akan membuat aku sakit hati. Kecuali kalau aku dibentak-bentak.

Banyak yang mempertanyakan makna senyum yang aku punya saat ini. Padahal tak ada makna yang mendasar. Aku memang bahagia saja. Memang kadang aku sedikit terganggu jika sesuatu yang menyinggung soal hati. Tapi aku tak terlalu mempermsalahannya. Hingga terkadang ada teman-teman mengatakan aku tak punya hati, atau tak respek. Kadang aku senyum saja ketika lebel itu mereka lekatkan ke aku. Yah anggap saja ia. Padahal jujur saja itu tak benar. Aku sangat peduli soal hati. Aku khawatir jika orang-orang di sekitarku tersinggung olehku. Terluka oleh sikap dan kata-kataku.
Adilkah kita jika kita melukai orang lain?

Adilkah aku jika hatiku tidak merasa terluka saat aku dikecewakan?

Bagiku Adil. Kenapa begitu. Kalau aku dalam keadaan sehat, aku tidak akan merasakan sakit saat dikecewakan. Aku akan merasa sakit saat dikecewakan jika kondisi fisikku tak sehat.

Saat ini aku dalam kondisi yang bersemangat. Aku tidak merasakan kecewa.
Aku tak bisa bersama Dalaf, saat aku membutuhkan dia, aku juga merasa Allah Maha Adil, karena mengingat kenangan bersama Dalaf aku pikir sudah cukup. Aku merasakan Allah menjadikan Dalaf yang sangat adil.

Untuk menjawab pertanyaanmu tadi pagi,
"Kanda tak adil ya?"

Di sini dinda ungkapkan "Kanda adil kok." Walaupun di hari ini dinda tidak melihat kanda hari ini.

Satu doa dinda.. "Semoga Kanda, Dinda dan Meysa semakin dekat dengan Allah."
Terima kasih Allah.

Tidak ada komentar: