Kamis, 11 Agustus 2011

Garpu yang LUCU

Berjauhan denganmu ternyata semakin mendekatkan hatiku dekat pada garpuku. Bagaimana tidak. Aku menghargai perasaannya.

Sungguh aku tak percaya, adindaku yaang cantik mengatakan sesuatu yang aneh padaku sore ini tentang Dalaf. Aneh atau LUCU.

Aku sendiri sukar membedakan pengertian kedua-dua kata tersebut. Suatu saat aku pasti bisa mengartikan makna yang terkandung pada kata yang meiliki 4 fonem yang berbeda tersebut.

Hmmm... Aneh atau LUCU?

Aku menulis ini, hanya ingin menjelaskan kepadanya. Bahwa aku tak pernah mengkhianatinya. Tak pernah mencari kabahagiaan lain untuk melupakannya. Jangan mengkhianati atau melupakannya, tidak mengingatnya sebentarnya saja aku tak bisa. Setiap mata berkedip setiap itu pula wajahnya muncul. Karena dia ada diatiku.

Dinda tidak membela diri dengan tulisan ini sayangku. Tapi dinda tak ingin kanda marah-marah. Karena rasa cemburu memang gak bisa kita bendung. Sama seperti dinda cemburu pada Mawar, India apalagi Meysa. Padahal dinda juga tau kanda sebentar lagi akan menjadi milik Meysa.

Kanda tak akan pernah kehilangan dinda. Karena dinda masih di sini menunggu kanda. menunggu setia janji yang telah kanda ucapkan untuk segera menikahi dinda.

Semua orang akan bilang dinda menyiksa diri. Padahal mereka salah sayangku. Dinda bahagia menunggu. Dinda pikir ini adil untuk dinda. Kita tak tahu apa yang terjadi besok. Belum tentu Allah nafas. Cukuplah kini dinda bisa merasakan kanda sayang sama dinda lewat cemburu yang membakar kanda.

Sabar ya sayangku... Dinda sayang kanda. Terimalah sendok dan garpu dari dinda.. Ikhlas dan tulus buat kanda. Meskipun kanda sudah terlupa akan itu. Maafin dinda ya sayang.. Dinda menghargai kanda. Dinda Menghormati kanda.

Tak percaya aku dia akan cemburu. Apalagi sama tetangga belakang.

Kandaaaa...

Ketika itu kami bertiga. Ada mahasiswa yang ke rumah di malam pertunangan kanda dengan Meysa. Kebetulan mahasiswa tersebut temannya riko. Saat Puji pulang kampung. Aku hanya sendiri. Lalu puji menelphone tetanggaku itu, Untuk menemaniku di rumah ketika itu. Cuma itu saja. Usai shalat tarawih, Mereka pada bubar. Aku tinggal sendiri memeluk cincin.

Mereka hanya menemaniku yang lagi patah hati saja. Patah hati yang tercipta untuk dinda. Kanda tak datang mendekapkan jaket yang biasa kanda lakukan setiap kali dinda kesedihan, bintangnya saja tak mau memberikan isyarat.

Beberapa saat aku coba untuk menciumi langit dengan hidung hatiku, agar langit mau menerbitkan bintang-bintang itu. Tapi dia tak terayu olehku, sama seperti Dalaf yang tak muncul-muncul.

Kanda bisa memaafkan dinda kan sayang. Jujur, tak ada yang bisa menggantikan kanda. Makanya dinda masih menunggu kanda.

Maafkan dinda ya sayang. Dinda hanya ingin kanda bahagia.

Terima kasih ya Allah, hamba masih dicintinya, saat dia sudah berpemilikan melalui rasa cemburunya. Hadiah-Mu sungguh indah. Engkau sungguh adil. Pembuat takdir yang adil untukku dan Dalaf.

Tidak ada komentar: