Terima kasih ya Allah Ya Rahman Ya Rahim.
Syukurku pada Engkau Ya Razak, telah menghadirkan penyembuh untuk luka bathin yang kurasa saat ini. Engkau telah menghadirkan Dalaf dalam kehidupanqu.
Saat ini, aku menghadapi tekanan mental yang begitu dalam. Tekan yang begitu menghujam. Saat aku tak bisa berbuat banyak untuk seorang kakak yang amat aku sayangi. seorang kak yang selama ini bisa membuat aku tersenyum. Aku tak bisa berbuat apa-apa saat kami dihina oleh mahasiswa kami.
Bagiku hal itu biasa, karena kehidupanku keras. Hatiku terbuat dari baja. Kata-kata seperti itu tak begitu pengaruh tarhadapku.
Tapi tidak buat kak Ema. Hatinya kukenal seperti gunung Es, keras tapi mudah mencair. Perkataan mahasiswa yang tak mau aku tulis diblog ini, membuat luka di hati kak Ema. Hingga berdarah sudah hatinya.
Aku bisa menghapuskan air matanya dengan nasehatku. Tapi aku tau, aku tak bisa menguncangkan pendiriannya yang begitu keras.
Kucoba menasehatinya untuk tidak menghukun Dwi Viora yang bersalah itu. Biarlah Allah saja yang berhak terhadap ciptaanya. Tapi tetap saja tak bisa.
Aku menyadari kak Ema, bukanlah wanita yang bisa dipermainkan seenaknya. Hatinya yang suci itu, harus tetap selalu ku jaga. Aku jadi ingat kata-kata Dalaf untuk selalu peduli dengan orang sekitarku termasuk pada kak Ema. Karena jika dia terluka, maka akan lama.
Aku yang selama ini terkenal tidak menjaga perasaan orang lain sadar akan kekuranganku yang membuat aku meneteskan air mata penyesalan. Meskipun tidak di depan kak Ema.
Ya Allah hamba bersyukur.. hari ini tidak emosi dengan kerenah dosen-dosen yang ingin menggagalkan ujian ke4 mahasiswa yang satu angkatan denganku itu. 4 masalah besar yang ku hadapi hari ini bisa terlewatkan dengan sebuah senyuman meskipun aku tak bisa membagi luka dengan kak Ema. Seperti biasa aku sendiri. Dalam kedukaan hatiku. Selalu tampil dengan senyum adalah kekhasanku menyembunyikan sebuah penderitaan yang membenak dalam hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar