Aku mulai melirik wajahku sendiri saat setahun yang lalu aku di wisuda S2 di UKM. Aku menjadi orang yang paling sedih ketika itu meskipun aku tercatat sebagai mahasiswa tercepat menyelesaikan S2 di Program Linguistik ketika itu berbanding teman-temanku yang lain.
Aku bersedih karena tak seorang pun keluargaku datang menyaksikan aku wisuda. Air mata terasa jatuh ke dalam tak ke luar lagi. Saat yang paling pahit itu adalah ketika nama di panggil di negeri orang tapi gaungnya terterdengar oleh telinga orang tua. Ya... Bagaimana tidak. Aku harus meluputkan semua kesediahan dengan senyum cemeehku.
Cuma itu yang bisa aku lakukan untuk membuat hatiku bahagia. Ku harus berbahagia melihat orang-orang berfoto sesama keluarga. Ketika itu aku sangat miskin. Untuk biaya wisuda saja aku dibayarkan oleh abang saudaraku Bang Nasrol Akmal. Mulai dari tiket samapai biaya nginap.
Terima kasih yang tidak terhingga buat Allah dan seoga disampaikan kepada abang yang tak pernah lelah membantu adek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar