Senin, 30 Mei 2011




Nenek....

AKIBAT KANGKER



raut wajahku yang kian kusam...

menanggung semua sakit ini. tak guna aku mengeluh...

kata Dalaf...aku harus optimis.

kau memberi kekuatan padaku saat ini.

Dalaf...

Maukah dirimu menemani detik-detikku yang kian padam...segenapku ku membutuhkanmu...

ADA DALAF

KANDA
MESKIPUN MATA TERPEJAM TAPI HATI DINDA TAK BISA TIDUR MIKIRIN KANDA. ADA RESAH, GUNDAH YANG BERGELORA MEMBAYANGKAN DIDEKAPKU. KUTITIP RINDU LEWAT SENYUM MALAM.

KANDQA
SEMAKIN KU MENGHITUNG LEMBAR BUKU YANG KUBACA, TAPI YANG TERHITUNG ADALAH DETIK KEBERAPA KELAK KITA AKAN BERTEMU.
...
KANDA...
KURASAKAN HARUSNYA RASA TIAP KALI KUBELAI RAMBUT INI YANG TERASA ADA LEMBUTNYA TANAGANMU DITIAP HELAIANNYA....Lihat Selengkapnya

Jumat, 27 Mei 2011

Met Ultah...adeknya Dalaf...

Aslmkm...

26 Mei 2011....

meskipun kak tidak mengenalimu....adinda...tapi kak hanya ingin mendokanmu...semoga nanti dirimu menjadi akar yang bisa menghijaukan segala daun. semoga Allah menjadikanmu adek yang sukses di Dunia dan akhirat...

Kak tahu... di umurmu yang masih dini...kau tidak lagi mempunyai...ibu tempat bermanja.

Bukan Allah jahat padamu dik...

Tapi Allah mencintaimu. Dia ingin dirimu menjadi anak yang shalehah dan bisa menyayangi saudara-saudaramu... andai saja kak punya fotomu...pasti sudah kak pajang disini. melalui itu kak mengenalimu...

Met Ultah....wahai insan yang belum kukenal dan ku tahui namanya...meskipun tanpa kado...cukuplah doa ya adinda...


ini sebenarnya berita semalam, namun karena sibuk, jadi tak sempat menerbitkannya..

FOTO BARENG MAHASISWA



Ujian Sarjana 26 Mei 2011

SUARASYIFA

Syifa...

Obat yang kutelan bukan berupa pil or tablet. Tapi suaramu yang mengebom telinga dan menjalar ke seluruh jantung hatiku...

Ku mohon maaf...ku tak ining kau sakit...

ku ingin

ku mau

ku doakan

Kanda ceria, sehat dan selalu tersenyum...

Sedih hatku telah berlalu...

Sayang..

DALAF ANGKAT TELPHONE DARIKU.....


20 panggilan saja....

Cukup 20 panggilan saja hari ini. Takkan lagi aku pangil-panggil.

Aku kesal tu dari tadi malam sama Dia. tau gak sih? Malam tadi gak aktif, sekarang gak dijawab.

Ku matikan saja Hpqu lagi. Biar marah. Biar gaduh. Biar hilang seluas rindu yang telah ku kirim lewat angin pagi padanya.

Kusedot lagi kata-kata yang telah termuntahkan kepadanya. Seperti yang dilakukan Hayati dalam novel MEMPBURU IMPIAN.

Sini terjadi egitu saja, sampai nanti aku melupakan semua kekesalan. Aku mungkin harus membenci rasa rindu, rasa butuh akan terhadap Dia dr hatiku. Mungkin itu yang terbaik. Hayati membutuhkan dan sangat merindukan Arif di Novel Malaysia tersebut. tapi harus melenyapakan itu, karena kerepotan berkomunikasi.

Inilah suasana hatiku saat ini.

Rindu

kangen.

yang membangkitkan kesedihan karena obat tidak lagi ada. Suaramu sebagai syifa bagiku Dalaf...

Maafkan aku yang tak bisa menyembunyikan rasa dalam blog ini. Karena aku tak ingin mengganggu istirahatmu.

Biarlah disini tersimpan kelukaanku malam tadi hingga hari ini....

Rabu, 25 Mei 2011

Menikah

Banyak kata-katanya yang terekam di kepalaqu. satu diantaranya..."Dinda mau nikah dengan Kanda?"
"Ini pertanyaan atau penawaran"

Aku tak menjawab.

lalu aku coba mencerminkan diri dari pertanyaan yang dia ajukan.

Jujur aku mencintaimu Kanda...

Tapi aku tak mau masa lalu bangkit lagi. Aku harus kecewa.

Ketika aku sudah mempersiapkan janjiku sama Dedi Irawan untuk membeli rumah dan isi-isinya. Tapi dia pergi meninggalkan itu.

Padahal rencana Awal aku beli rumah itu untuk dia. Tapi ya sudahlah,

Dinda tak mau hancur untuk kedua kalinya. Jujur dinda sayang sama kanda. Dinda ingin menikah dengan kanda. Dinda tahu banyak tentang kekurangan kanda. dan LUCUnya dinda sudah menerima kekurangan kanda tu. Padahal dinda paling gak suka orang pencemburu karena dinda juga pencemburu.

Dinda mulai menerima sikap2 negatif kanda....tapi yang jelas, dinda bangga sama kanda

Terima Kasih Ya Allah....

mulai dia bertanya lagi...

"dinda Mau nikah sama kanda?"

akhirnya ku jawab.. "sucikan dulu niat kanda!"

kata-kata itu bukan untuk menolak... tapi sebagai bentuk pengharapan kepada Allah...

akhirnya kelak kita akan merasa indahnya segala miliknya..indahmu...

Jumat, 20 Mei 2011

Pagi-pagi..aku terasa capek dengan semua ini. Kenapa hamba jadi lesu bagini Tuhan...

hari ini aku berhasil menyelesaikan pendataan skripsi bahasa Indonesia di FKIP UIR kampusku... aku benar-benar bahagia karena bisa melupakan sakit dengan bekerja

Dalaf...

pagi ini tak biasanya. Kau menyambut pagiku dengan ungkapan Sayang. itu saja hal yang membuat aku kuat tuk menghadapi gerogotan derita yang entah kapan berakhir...

Terima kasih...membangunkan semangatku... Miss U

Kamis, 19 Mei 2011

Lucu..

Dalaf...

Akhirnya aku dan adik tiba di rumah.
Sungguh bahagia, bertemu kedua ortuku.

Hari ini ibu masak ikan talang gulai. Sungguh aku senang makan lauk tersebut. Tak terasa habis dua pinggan. Tak banyak yang bisa aku ceritakan saat ini, karena masih suasana kangen-kangenan.

Malamnya aku telpon-telponan dengan Dalaf.

Ntah kenapa aku merasakan rindu padanya. Padahal tak pernah tercipta kengan indah saat bersamanya. Yang aku ingat, aku selalu mencemeehnya yang terkadang bisa membuat dia sakit hati. Sungguh...

LUCU...
Kata-kata itu masih terngiang ditelingaku, saata aku berbicara unik, miliknya malah “lucu”. Aku pun coba emahami makna kata tersebut. Namun aku tak mengerti kenapa dia memilih leksikal itu untuk kata-kata yang aneh.

Lama-lama juga aku semakin mencoba mengenal leksikal “lucu”.
Kenapa ya dia selalu membuat aku penasaran...

Ntah dengan cara yang bagaimana. Yang penting aku selalu dibuat penasaran akan pertanyaan yang tak kunjung meluncur dari bibirnya.

Tapi biarlah....lama-lama pasti terucap juga kok. Dia pasti tak bakalan tahan.

Masih ada sambungan..
Sungai Pakning. 11; 16


Mungkinkah ini CINTA?

Semoga saja tidak. Aku tak mau sejarah lama berdarah kembali. Aku pernah merasakan luka akibat pengorbanan perasaan terhadap seorang sahabat.

Aku lebih memilih untuk ditinggalkan SS daripada harus mengecewakan anak Bangkok (Bengkinang Kuok) bernama M. Semua terurai bagai malam tanpa siang. Ketika hujan MELUKIS DESMBER saat itu. Aku saja sendiri mencari sebuah tanya yang tak pernah jawab.

Bahkan aku rela meninggalkan Indonesia saat itu.

Beralasankan belajar aku terus mangejuk rindu yang saat itu tak harap lagi aku buat. Sampai akhirnya aku mendapatkan gelar Master. Banyak peristiwa yang tak mungkin tergarap oleh diriku sendiri.
Sedih.
Bahagia.
Hingga aku mengerti apa itu pengorbanan.
Aku tak ingin merasakan kecewa lagi. Harus kah rasa ini aku korbankan? Seperti mengorbankan semua yang aku rasa. Aku hanya diam saja.

Dalaf...
Tidakkah kau menyadari apa yang akan kita alami akan menjadi bumerang bagi kita. Meskipun semua sudah berjalan mulus.

Dikapal ini aku bersaksi untuk menjadi biasa saja. Menjalani hidup, seperti air mengalir katamu. Tapi... aku takut merampas dirimu darinya. Karena terkadang aku merasakan capek untuk mengalah.

Apatah lagi, saat aku dituduh perampas.

Dalaf...
Satu hal yang harus kau pahami tentang aku. Dari kecil aku selalu dituntut untuk mengalah. Karena dalam hal itu, bukan berarti aku yang kalah.

Aku ingin orang selalu bahagia. Seperti saat ini, Mesya Putia yang begitu mencintaimu. Haruskah dia dikecewakan oleh keegoan kita? Pernah tidak engkau bersyukur karena memilikinya.

Syifa itulah nama yang menggantikan wujudmu saat ini. Kau hadir bagaikan malaikat. Yang memberi aku keyakinan untuk hidup lagi. Kau selalu hadir saat malamku gamang meniti rasa sakit yang tak tertahankan. Kau beri aku tawa. Sampai tanpa sadar hidupmu menyelinap seluruh rongga...

Ya Allah... AMPUNILAH KAMI...

DALAF....
Maafkan Aq....BELUM bisa membalas cintamu. Bukanku tak sayang... tapi ku tak mau kau meninggalkan dia karena memilih aku. Percayalah...Aqu masih rebah di hatimu sampai nanti dia menkhianatimu... ku tak ingin ada hukuman melainkan menjalani hidup seperti air mengalir..ITU PINTAMU...
Ferry Penyebrangan Perawang, 17 Mai 2011

Ada yang aneh di sini. Ferry penyebrangan yang biasanya menembus aliran sungai setiap 30 menit, kini menunggu penuh penumpang. Setelah diselidiki ternyata, hal ini berubah setelah jambatan penyebrangan jadi. Untuk melewati jambatan tersebut butuh waktu 1 jam. Adek akhirnya memutuskan untuk menunggu. Sampai akhirnya, aku duduk duluan dalam kapal.

Sempat juga aku mengingat Dalaf dan menulis tentangnya.

Aku rindu.

Mencoba sedikit hilangkan runyam dalam hati. Kekhawatiran tentang kesehatanya. Apa sebenarnya yang menggaanggu perutnya saat ini. Mungkin saja pemicunya adalah stres. Aku juga mulai merasakan apa yang dia rasakan. Kekhawatiran tentang benar atau tidaknya rasa dalam hati.

Susah.

Sangat susah.

Bedanya tipis antara sahabat, cinta, dan sayang. Apa sebenarnya yang aku rasakan ini? Selalu aku bertanya. Namun tak ada jawab. Tapi hati tak henti bertanya. Itulah yang menambah pusing kapalaku di kantor semalam. Kenapa harus begini?

Teringat smsnya yang masuk semalam. “ Dalaf sayang kakak karena Allah.” Kenapa dia berkata demikian. Bagiku itu sebuah kalimat yang mengusik ketenangan hatiku. Saat ini aku lagi dekat dengan Also Susanto. Mungkinkah aku harus membiarkannya sendiri. Atau ikut kembali menyelingkuhinya.

Kepalnya masih belum ada tanda-tanda untuk bergerak. Mungkin kapal ini juga ikut bersenandung dengan hiruk pikuk hatiku saat ini. Tidak mau memberikan senyum yang melangkahi urai sebuah derita.

Lalu kami naik sampan, dengan membayar Rp. 15.000.,
SENYUMKU...

Marpoyan 16 Mei 2011

Aku tertidur tak berbantal, hanya beralas sofa. Kepalaku terasa penuh, dadaku kian terasa sesak oleh ulah desakan nafasnya, yang aku sendiri tak pasti.

Aku berkemas untuk pulang ke Bengkalis. Tiba-tiba pak Takroni dan bu Parida datang. Mereka adalah dua orang mahasiswa yang aku bimbing, karena tak ada lagi dosen bahasa Indonesia yang mau membimbing mereka. Wwaktu Cuma dua bulan lagi, sedangkan aku belum lagi mendapat ide yang cemerlang untuk kajian pak Takroni. Ya Allah Ya Razak. Berikan aku kekuatan untuk memberikan ide kepada mereka.

Saaat ini pak Takroni telah melaksanakan seminar, tapi sayang judulnya dirombak total, dan paling parah masalahnya harus diganti. Sungguh aku jadi terbatuk oleh sikap seorang dosen ketika itu. Tanpa alasan yang jelas dia merusak judul yang telah dibuat.

Aku tak boleh patah semangat. Walau sebenarnya hatiku sedikit kecewa oleh tindakan beliau. Aku ingin tetap seceria, karena tanpa sadar pak Takroni pernah berkata ”Senyum ibu adalah kekuatan bagi kami, terutama saya dan Kardono”

Hamba yakin ya Allah. Engkau akan memberi kekuatan kepada mereka. Mereka pasti selesai.

Usai membimbing ibu Parida yang akan seminar pada 21 Mei 2011 ini, aku langsung mandi dan berangkat ke Bengkalis. Aku ingin bertemu mak dan keluarga. Aku suntuk. Betul-betul suntuk. Mungkin dengan bertemu mereka aku jadi bangkit lagi. Mak juga mengharap kepulanganku. Padahal aku tidak punya banyak uang untuk pulang. Bagiku mereka bukan menunggu uangku, aku yakin mereka merindukan aku.

Malam ini aku nginap di rumah dewi di Perawan. Dewi seorang tamatan pesantren yang aku belum tau apa namanya. Tapi dia teman akrab adekku. Kami tiba sekitar pukul sepuluh malam. Usai makan nasi uduk, kami langsung ke rumah.

Senin, 16 Mei 2011



foto kenganan....

saat pertama aku menerima itu, timbul kekuatan sendiri bagiku..karena panasnya suasana saat itu. Anak-anak rohis ini datang mengunjungi dan memberi motivasi padaku...sungguh ada kekuatan yang tak terbayangkan dari kejadian ini.

mereka awalnya. hanya berkunjung biasa, tp jadi berubah....lebih baik...terima kasih anak2 didik kua

Tukmu Dalaf...
Grand-Zuri Hotel Pekanbaru
”Buruak bana payuang mu diek.”
Tanpa sengaja tanganku begitu ringan menampar wajah orang itu. Aku benci dengan kata tu orang. Dengan payung itu juga aku termotivasi membunuh pria yang selama ini menjadi suamiku. Entah kenapa aku tak pernah cinta dengan lelaki berkepala tiga atas pernikahanku pada Mei 2010 lalu.
Rasa sayang tak pernah hadir dalam hatiku tuk menatap bening tulus niatnya. Aku tau dia juga tak cinta padaku. Kadang aku melihat kemiripan nasibku dengan Ronggeng Sirintil dalam Ronggeng Dukuh Paruk goresan tinta Ahmad Tohari. Pencinta Rasus yang berujung menyakitkan.
Bedanya cuma aku agak sedikit modern saja. Asrol Kamal telah mewisuda secara sah di hotel depan Mall Pekanbaru ini. Aku menjadi istri keduanya. Tapi tak lama. Karena aku tak suka kasihku dibagi, karena aku selalu jadi nomor satu. Aku menikah dengan Aldo Susanto.
Sampai akhirnya lelaki itu mati ditanganku dan mengantarkan aku ke rumah yang tak berdapur ini. Aku mendekam di bui ini sudah dua tahun tepatnya 12 Mei 2009. Aku memegang erat tiang-tiang penutup ruang pengap ini. Serasa tiang itu seperti tangan Dalaf, yang aku cinta sewaktu aku jadi dosen.
Kewujudannya pada teguran pertama ketika itu, menjadikan aku lebih kagum padanya. Aku mulai berteriak girang, karena dia satu-satunya dosen kontrak yang ikhlas menyapaku saat semua tatapan sinis terarah kepadaku.
Sebelumnya aku harus ulurkan tangan tuk menambah teman, meskipun aku punya banyak teman sebelum aku memijakkan kakiku ke UIR. Tapi namanya orang baru memambawa alam bawah sadarku untuk mengenal mereka untuk mempermudahkan aktivitas di universitas swasta no satu di Riau ini.
DIA berbeda dengan dosen-dosen lain. Hingga secara perlahan aku mengenal seutuhnya sampai ke tunangannya yang bernama mesya putia.
Aku pun mulai memandangnya sebagai adek, walau terkadang ‘adek’ ku rasakan lidah ini mengulang panggilan itu seakan terjepit. Tapi lama kelamaan aku terbiasa. Aku bisa menerima kehadiran dua insan ini.
Aku merindukanmu Dalaf. Seperti rindu yang terakhirku berikan kepada Dedi Irawan Bustami yang menyelingkuhiku bersama Yati Hidayah. Aku mulai memaksa diri untuk lari dari kenyataan ini.
Tapi....
Kakiku telah patah bersama Jumat 12 Mei 2011, katika ku dengan ikhlas mengirimkan doa buat almarhum ibunya yang hanya mampu ku tatap lewat fotonya di FB. Entah kenapa saat itu, aku tanpa ragu mengaji dan berzikir untuk ibunya.
Kini undangan yang mulai basah oleh basuhan permata bening dari sudut alat pemandangku. Masih ku coba untuk tersenyum. Tapi hasilnya nihil. Aku tak mampu menghadirkan untuk semua, apalagi untuk aku sendiri.
Tak seorang pun tahu. Ternyata aku telah jatuh cinta padanya. Semua dosen FKIP termasuk aku menghadiri pesta mewah yang diciptakan oleh istrinya itu. Saat kakiku mulai roboh dan kaku. Seperti kilatan petir yang tajam menusuk jauh ke mataku. Biasnya tak ubah seperti penderita silinder, yang terkurat sakit saat cahaya terang menngejutkan mata secara tiba-tiba.
Kian hari, badanku kian tipis. Setelah pernikahannya, kangker payudara yang lama menemaniku mulai meregut secara perlahan ceriaku. Hanya kekuatan hati yang menggerakkan tangan ini tuk mengakhiri cerita pendek ini.
Dalaf...
Aku ingin rebah dihatimu.... bersambung....