Entah kenapa aku tiba-tiba saja menanggalkan semua satu aksesoris yang mengrantai tubuhku saat ini. Mulai dari Cincin, kalung dan anting-anting yang semuanya seragam itu dari ikatan tubuhku yang kurus kata Daun tadi malam.
Aku melerai semua aksesoris itu karena aku tak mau Daun risih. Aku sendiri tak tahu alasannya apa tiba-tiba di warung pecel lele tempat biasa kami menikmati makanan
"Kanda risih dengan cincin Dinda."
"Hmm.. Cincin?"
"Iya."
"Kenapa?"
"Gak tahu kenapa. Sejak Pertama kanda liat di jari dinda. Tak tau lah kenapa."
"Aneh."
"Tak taulah kenapa dinda. Kanda risih aja."
"Dinda punya sendiri kok. Bukan dikasi orang."
"Tak taulah. Kanda risih aja."
Cincin permata itu langsung tercopotkan oleh jejari kananku yang terhias oleh cincin pemberian darinya. Dan ku tempatkn di saku jaket hitamnya yang melekat hangat ditubuhku. Dia menatap jauh ke dalam mataku sampai ke relung hatiku. Aku sendiri tak paham dengan renungan yang diperkkirakan 3 menit itu. Yang aku tahu, terlihat di situ KETULUSAN dan KERINDUAN yang amat dalam.
Reaksiku mengantongi cincin, tiba-tiba membuat Daun bertutur
"Pakailah cincinnya dinda. Nanti hilang pulak."
"Biar aja, nanti beli lagi. Atau kanda yang belikan."
"Hmmm.."
Senyum dan canda tawa yang sekian hari aku rindukan kini hadir menyelinap di kebersamaan kami yang tak terlukis oleh apapun.
Terima kasih Allah yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menikmati kebersamaan yang tak begitu lama ini.
Ya Allah..
Semua akan aku lakukan asalakn dia tidak terkuningkan olehku.
Ya Allah..
Semua akan aku lakukan asalakn dia tidak terkuningkan olehku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar