Laelasari dan Nurlailah (2006: 213) menyatakan bahwa rima adalah pengulangan bunyi berfungsi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi. Musikalisasi atau orkestrasi terbentuk dengan adanya rima. Oleh karena itu, efek bunyi yang diinginkan itu makin indah.
Rima mendapat tempat utama untuk mendukung bunyi dan irama. ”Rima yang baik akan menimbulkan bunyi yang baik dan irama yang indah. (Wiyanto, 2005: 29). Rima adalah persamaan bunyi akhir kata antarbaris. Rima terdiri dari rima awal, rima tengah dan rima akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat Tukan (2006: 17) mengatakan ”Persamaan bunyi tidak terbatas pada akhir baris, tetapi keseluruhan baris, bahkan bait.”
Rima awal adalah persamaan bunyi akhir kata pertama antarbaris satu dengan baris yang lain. Rima tengah adalah persamaan bunyi akhir kata tengah antarbaris satu dengan baris yang lain. Rima akhir adalah persamaan bunyi akhir pada kata terakhir antarbaris satu dengan baris berikutnya. Pendapat tersebut didukung oleh Yuwana, dkk. bahwa:
Berdasarkan posisinya rima dapat dibedakan menjadi tiga jenis. Rima awal, rima tengah dan rima akhir. Rima akhir adalah persamaan bunyi pada akhir larik sajak. Menurut posisi dan susunannya, rima akhir dapat dibedakan menjadi empat, yakni rima berangkai, rima berselang, rima berpasangan, dan rima berpeluk.
1. Rima berangkai adalah persamaan bunyi pada setiap akhir larik.
2. Rima berselang adalah persamaan bunyi akhir larik ganjil dan akhir larik genap.
3. Rima berpasangan adalah persamaan bunyi akhir larik pertama dengan Bunyi akhir larik kedua.
4. Rima berpeluk adalah persamaan bunyi pada akhir larik pertama sama dengan bunyi akhir larik keempat dan bunyi akhir larik kedua sama dengan bunyi akhir larik ketiga. (2000: 47)
Penulis menemukan pembagian rima menurut ahli yang lain, yaitu Waluyo (1987: 90) menyatakan bahwa:
Dalam rima terdapat onomatope, bentuk internal pola bunyi, intonasi, repetisi bunyi, dan persaman bunyi. onomotape adalah tiruan-tiruan terhadap bunyi yang ada. Bentuk internal pola bunyi terdiri dari aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang; repetisi bunyi (kata) dan sebagainya aliterasi merupakan persamaan bunyi konsonan, sedangkan asonansi merupakan ulangan bunyi vokal. Dalam puisi lama, kita kenal persamaan bunyi pada akhir setiap baris puisi yang lalu disebut sajak. Sajak berangkai adalah persamaan bunyi dengan pola (aa, bb,cc, dd); sajak bersilang adalah persamaan bunyi dengan pola (ah, ah, cd, ep, ep); sajak berpeluk ialah persamaan bunyi dengan pola (abba, cddc, baab).
Pembagian rima menurut dua ahli tersebut berbeda. Dalam hal ini, Penulis menciptakan pembagian rima sendiri berdasarkan pembagian rima menurut Yuwana, dkk. dan Waluyo. Rima dalam skripsi yang berjudul ”Mantra Berladang Padi Masyarakat Melayu Desa Bantan Air Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis (Sebuah kajian Stilistika)” ini meliputi rima awal, rima tengah, dan rima akhir.
Rima awal adalah persamaan bunyi akhir kata pertama antarbaris satu dengan baris yang lain. Persamaan bunyi akhir kata tengah antarbaris satu dengan baris yang lain disebut rima tengah. Selain itu terdapat rima akhir yang merupakan persamaan bunyi akhir pada kata terakhir antarbaris satu dengan baris berikutnya. Rima akhir terdiri dari: (1) rima berangkai, (2) rima berselang, (3) rima berpasangan, dan (4) rima berpeluk. Berikut akan penulis jelaskan keempat pembagian rima akhir tersebut:
- Rima berangkai adalah persamaan bunyi dengan pola (aa, bb,cc, dd).
- Rima berselang adalah persamaan bunyi akhir larik ganjil dan akhir larik genap.
- Rima berpasangan adalah persamaan bunyi akhir larik pertama dengan bunyi akhir larik kedua.
- Rima berpeluk ialah persamaan bunyi dengan pola (abba, cddc, baab).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar