Kamis, 17 Juni 2010

Malam bersama Biru Venus


“Assalamualaikum”

“Wassalamualaikum Wr Wb”

Suasan hening seketika…..

“Sibuk kah?”

“Tidak begitu sibuk.”

“Pa kabar?”

“Alhamdulillah sehat. Dirimu?”

“Mmmmmmmmmm ……mau baca kata2mu semalam gak?”

“Hhmmm.... boleh...kwkwkwk udah di edit pula ya, he.”

“Bergantung. Ada yang ia ada yang gak. Ni.”

“Hhmm…..memanglah. hhmm,,, Ntar lau ada waktu kosong Kanda mau belajar nulis sama Dinda.

“Mmmmmm. Amin. tapi oji biasa aja. Tuk diri sendiri n Kanda aja. Kwkkkw. Dinda lum pernah ngasi tulisan ke orang. Waktu S1. Dosen tu mata cerpen-cerpen Dinda. Buat buku. Dananya untuk sumbangan. Barulah Dinda mau

“Makasih. Dah nyampai ne. Hhmm.... nanti kita bikin buku cerita.. tentang kita berdua. Tapi boleh gak? Ho.”

“Ya pengen sih buat buku sama Kanda. Tapi hasil penjualannya tuk bantu anak-anak yatim atau anak-anak putus sekolah”

“Yups... setuju banget.”

“Amin.” Moga tercapai impian kita.”

“Hhmm.. nanti kan gak lama lagi kita kan libur.”

“Ia ni.”

“Insyaallah Kanda mungkn gak jadi pulang Ji.”

“Kenapa? Mau tesis?”

“Hhmm.” The reasons are. 1. thesis. 2. baru sebulan dari rumah. 3. yang dikejar pulang pun gak ada. 4. ku mau di sini bersamamu..Kwkwkw

“mmmmmmm. Bukannya nenekmu sakit?”

“Iya. Sakit dah tua mungkin. Umurnya dah 102. Jadi wajar sering sakit.”

“Mungkin Kanda bisa pulang mendadak kalau nenek tambah parah. Tapi kalau planning dah positif gak pulang.”

“Waw. 102?

“Iya. Lahirnya 1907.”

“Semoga nenekmu cepat sembuh ya.” Soalnya Dinda pengin liat liat. Orang umur segitu. Lum pernah ni. Dinda penasaran. Pengen cium tangannya. Pipinya. Dinda dah tak punya nenek n kakek. Umur 60-an dah gak ada.”

“Hhmm.. gpp. Ajal itu di dalam yaumul Mahfuz.”

“Gak apa-apa.. insyaalaah kita sama-sama berdoa semoga ia juga menjadi nenek Dinda nantinya. Tadi malam ibu nelp. Nenek dibawa pulang. Alhamdulillah dah agak mendingan. Kita berdoa aja. Semoga ada jalan tuk kita bersatu. Amin”

“Amin ya robbal alamin”

Kanda ntah kemana?

“Udah dulu ya. Ku ingin membaca ketikan tanganmu yang nakal ini. ntar kalau dah siap Kanda kasih tau.

“Ok.”

“Salam.”

“Salam.”

Ku tak mau berkata apa-apa. Tangan ku kaku mau ngetik apa. Setiap kali aku mendengar ayat Ar-Rahman. Sungguh aku ingin menangis. Entah kenapa Kanda sangat suka ayat itu. Sejak SMA dulu. Setiap ada masalah Kanda sering baca ayat itu. Sekarang tiba-tiba dirimu tulis tentang ayat itu. Sungguh aku tak percaya. Seakan ada yg mengasih tau dirimu. Kalau aku suka itu. Insyaallah nanti habis magrib akan ku baca. Dan ku rekam. Akan ku kirim ke emailmu. Seakan aku mengimamimu sayang.

Dirimu benar-benar sudah masuk kehatiku. Tidak hanya itu. Ku ingin menjumpaimu. Sayang. Lalu aku akan duduk disampingmu. Dan sejenak aku akan terdia. Terdiam. Terdiam. Dan terdiam. Kaku. Malu. Salah tingkah. Pasti aku seperti orang bodoh. Walaupun aslinya mungkin juga bodoh. Aku berani jamin. Aku pasti akan tediam. Walaupun isihatiku meronta-ronta mohon untuk diluahkan. Lagi. Aku akan tetap diam. Tidak akan ada kata ketika itu. Sekali-kali ku melihat kearahmu. Kemudian menaku lagi. Melihat lagi. Dan. tertaku lagi.

Kali ini aku melihat dengan beda. Mataku memancarkan kejernihan. Berkaca-kaca. Kaca-kacanya mulai menebal. Dan akhirnya mutiara itu menetesi. Pipiku.

Tetap tak ada kata-kata. Tidak ada kata yang dapat ku ungkapkan untuk menyatakan betapa bahagianya hatiku..." tidak ada kata yang dapat mengungkapkan beruntungnya diriku. Dan tiada kata yang bisa mengungkapkan Rasa-ku padamu. Kita masih terdiam.

Lalu.

Dirimu akan mulai paham. Mengerti. Dan mengetahui isi hatiku. Dan mulai mengetahui isi hatiku. Karena mungkin kita memang sudah satu hati. Ku juga mulai melihatmu mulai diam..dan menaku. isakan halus ku dengar dari arahmu. Aku pun terisak.

Mungkin kalau kita sudah halal ketika itu. Aku akan memeperlakukanmu secara islami. Seperti perintah Allah dan sunnah Rosullullah seperti yang tercatat dalam buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, yang ditulis oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dan diterbitkan oleh Pustaka A-Taqwa Bogor Jawa Barat, Cetakan Ke II Dzul Qa'dah 1427H/ Desember 2006]

Malam pertama kita akan terasa indah, pabila kita menjalankan syariat Islam. Aku melakukan beberapa hal yang telah dianjurkan dalam Islam.

Hal pertama yang aku lakukan adalah meletakkan tanganku pada ubun-ubunmu seraya mendo’akanmu. Seperti yang telah dilakukan Fahri pada Aisyah dalam Ayat Ayat CINTA. Aku melakukan itu karena mengikuti sunah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya yang bermaksud “Apabila salah seorang dari kamu menikahi wanita atau membeli seorang budak maka peganglah ubun-ubunnya lalu bacalah ‘basmalah’ serta do’akanlah dengan do’a berkah seraya mengucapkan: ‘Ya Allah, aku memohon kebaikannya dan kebaikan tabiatnya yang ia bawa. Dan aku berlindung dari kejelekannya dan kejelekan tabiat yang ia bawa.

Setelah itu aku akan mengajakmu mengerjakan shalat sunnah dua raka’at secara berjamaah. Hadits dari Abu Waail. Ia berkata, “Seseorang datang kepada ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu, lalu ia berkata, ‘Aku menikah dengan seorang gadis, aku khawatir dia membenciku.’ ‘Abdullah bin Mas’ud berkata:

‘Sesungguhnya cinta berasal dari Allah, sedangkan kebencian berasal dari syaitan, untuk membenci apa-apa yang dihalalkan Allah. Jika isterimu datang kepadamu, maka perintahkanlah untuk melaksanakan shalat dua raka’at di belakangmu. Lalu ucapkanlah doa: “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepadaku dan isteriku, serta berkahilah mereka dengan sebab aku. Ya Allah, berikanlah rizki kepadaku lantaran mereka, dan berikanlah rizki kepada mereka lantaran aku. Ya Allah, satukanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan dan pisahkanlah antara kami (berdua) dalam kebaikan.”

Berikut.

Kita akan bercumbu rayu dengan penuh kelembutan dan kemesraan. Aku akan memberimu sekuntum mawar merah kesukaanmu dan segelas susu anlene coklat. Rosullullah telah melakukan hal ini berdasarkan hadits Asma’ binti Yazid binti as-Sakan radhiyallaahu ‘anha, ia berkata: “Saya merias ‘Aisyah untuk Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu saya datangi dan saya panggil beliau supaya menghadiahkan sesuatu kepada ‘Aisyah. Beliau pun datang lalu duduk di samping ‘Aisyah. Ketika itu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam disodori segelas susu. Setelah beliau minum, gelas itu beliau sodorkan kepada ‘Aisyah. Tetapi ‘Aisyah menundukkan kepalanya dan malu-malu.” ‘Asma binti Yazid berkata: “Aku menegur ‘Aisyah dan berkata kepadanya, ‘Ambillah gelas itu dari tangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam!’ Akhirnya ‘Aisyah pun meraih gelas itu dan meminum isinya sedikit.”

Sebelum mengaulimu, aku akan berdo’a yang bermaksud “Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah, jauhkanlah aku dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari anak yang akan Engkau karuniakan kepada kami.” Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Maka, apabila Allah menetapkan lahirnya seorang anak dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakannya selama-lamanya.”

Terakhir barulah Suamimu ini boleh menggauli isterinya dengan cara bagaimana pun yang aku sukai tetapi tetap pada tempatnya. Hal ini disebabkan karena Allah Ta’ala telah berfirman yang artinya Isteri-Isterimu adalah ladang bagimu, maka datangi-lah ladangmu itu kapan saja dengan cara yang kamu sukai. Dan utamakanlah (yang baik) untuk dirimu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu (kelak) akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang yang beriman.” [Al-Baqarah:223]. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda "Silahkan menggaulinya dari arah depan atau dari belakang asalkan pada kemaluannya".

Apabila telah melepaskan hasrat biologisku, aku tidak akan tergesa-gesa bangkit, sebelum dirimu merasakan kenikmatan dan kepuasan. Sebab dengan cara seperti itu kita dapat melanggengkan keharmonisan dan kasih sayang diantara kita.

Seandai aku belum merasa puas melakukannya, dan aku mampu dan ingin mengulangi jima’ sekali lagi, maka aku akan berwudhu’ terlebih dahulu. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda dengan maksud: "Jika seseorang diantara kalian menggauli isterinya kemudian ingin mengulanginya lagi, maka hendaklah ia berwudhu’ terlebih dahulu.”

Sebelum kita tidur, kita hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudhu' terlebih dahulu, serta mencuci kedua tangannya. Hal ini berdasarkan hadits dari ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda (maksudnya), “Apabila beliau hendak tidur dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu' seperti wudhu' untuk shalat. Dan apabila beliau hendak makan atau minum dalam keadaan junub, maka beliau mencuci kedua tangannya kemudian beliau makan dan minum.”

Langkah-langkah itulah yang seharusnya kita lakukan sebagai seorang muslim dan muslimah. Seandainya kita telah menikah. Kita akan berpelukan. Untuk mengungkapkan rasa bahagia yang ada di hati kita berdua sayang.

Setelah itu. Ku akan mencium kedua matamu dengan adil. Bergantian kiri dan kanan. Seakan itu mengusap air matamu. Isakan kita pun mulai hilang. Kita masih diam. Dan terdiam. Setelah itu. Tanpa sengaja. Aku tersenyum. Dirimu pun tersenyum. Kita mulai tertawa. Dan tertawa. Tertawa...tertawa... dan tertawa. Sungguh kita akan bahagia sekali. Tapi tiba tiba kita terdiam malu. Karna disitu ada seorang anak kecil yang dari tadi memperhatikan kita.

Kemudian kita berlari di pantai itu. Aku akan kejar dirimu. Setelah itu kita berteriak. Ungkapkan kebahagian itu. Kemudian dirimu terjatuh. Ku angkat tanganmu. Lalu kita berlari lagi. Bermain.

Bermain air. Bermain pasir. Dan menyaksikan burung2 berterbangan diujung sana.

Lalu. Di sore itu. Ketika mentari mulai rata dengan luasnya laut. Ia mulai dimakan laut. Sepertiga. Separuh. Seperempat. Dan akhirnya lenyap. Kan ku cium keningmu.

"Tidak akan ada kata lenyap untuk cinta kita berdua" Kitapun pulang. Tangan kirimu menjinjing sandal. Aku juga menjijing sendal jepit ku. Kita pulang dengan sangat bahagia.

Tapi itu hanyalah mimpi. Kita belum menikah. Bertemu saja kita belum. Semoga kita berjodoh. Amin

Inspirasi monyet, UTM, Skudai Johor Malaysia, di tulis oleh Roziah, UKM, Bangi Selangor Malaysia Ahad, 08 November 2009: 15:18

Tidak ada komentar: