Minggu, 20 Juni 2010

Peran Bunyi dalam Mantra


”Bunyi merupakan unsur yang penting dalam karya sastra.” (Marsono, 2006: 16). Bunyi juga menjadi unsur terpenting dalam mantra, karena mantra merupakan salah satu bentuk karya sastra. Bunyi merupakan sarana penting guna menyusun bahasa mantra. ”Bunyi dalam mantra mempunyai tenaga untuk menimbulkan kekuatan ghaib atau magis.” (Waluyo, 1978: 8)

Bunyi yang berperan dalam mantra adalah bunyi yang teratur atau bunyi yang terpola. Ada pola pengulangan bunyi yang bertujuan untuk memperkuat makna. Sesuai dengan Waluyo bahwa ”bunyi-bunyi mantra berusaha diulang-ulang dengan maksud memperkaya daya sugesti.” (1978: 8). ”Dampak yang dapat diperoleh dari pengulangan bunyi ialah sugesti bunyi, gerak, suasana, hubungan makna, dan ekspresifitas.” (luxembrung, dkk. 1987: 91). Bunyi yang diulang akan mempertajam makna yang terkandung dalam mantra.

Pengulangan bunyi dalam mantra terdiri dari beberapa jenis, diantaranya; rima, aliterasi, asonansi, anafora, epifora, kakafoni, dan efoni. Hal tersebut didukung oleh pendapat Tukan (2006: 18) bahwa ”perulangan bunyi dapat diklafikasi menjadi tujuh jenis. Diantaranya; rima, aliterasi, asonansi, efoni, kakafoni, anafora dan epifora.

Pendapat tersebut di atas sama dengan pendapat ahli berikut ”orkestra bunyi: efoni dan kakfoni. Kombinasi vokal dan konsonan tertentu: aliterasi dan asonansi; simbol bunyi: onomotape, kiasan suara, lambang rasa. Rima: awal, tengah dan akhir. Irama: mentrum dan ritme.” (Pradopo, 2005: 20).

Hasanuddin (2002: 70) bahwa: ”Pembicaraan tentang persoalan bunyi meliputi hal-hal sebagai berikut, yaitu irama metrum, kakafoni, efoni, onomotape, asonansi, aliterasi dan anafora.” Di dalam mantra-mantra berladang padi masyarakat Melayu desa Bantan Air kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis, banyak terdapat pengulangan bunyi. Ada pengulangan perkata dalam satu baris, perkata antarbaris, perhuruf dalam satu baris dan perhuruf antarbaris.

Analisis bunyi pada mantra berladang padi masyrakat Melayu desa Bantan Air kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis tidak pada semua klasifikasi bunyi yang diungkapkan oleh Tukan. Hal ini disebabkan karena pada mantra berladang padi masyarakat Melayu desa Bantan Air kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis tidak terdapat kakafoni, efoni dan epifora. Jadi bunyi-bunyi yang akan dianalisis dalam mantra berladang padi masyarakat Melayu desa Bantan Air kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis adalah rima, asonansi, aliterasi, dan anafora. Untuk lebih jelasnya, maka hal-hal tersebut di atas akan diuraikan satu persatu.

Tidak ada komentar: