Kamis, 17 Juni 2010

Dia & aHli Fonologi


“ Aku perasan uji tak ada.”

Kata-kata tersebut bagai petir yang menyambar telingAku saat ini. Hatiku hancur Kanda. Jadwal ujian salah. Tadi pagi. Gila kan? Empat bulan belajar. Gak sempurna ujiannya. Satupun anak Malaysia gak ada yang ngasi tau Aku tentang perubahan jadwal ujian. Alhmdllh. Aku masih bisa tabah. Sungguh kotor permainan mereka sama Aku . Suka2 ganti jadwal

Aku diabaikan. Aku dianggap tidak ada. Aku dianggap bangkai bernyawa oleh mereka.

Ujian pukul 9. Aku datang pukul 10 lwt 20 menit

20 orang. 1 anak Jepang. Selebihnya anak Malaysia. Aku sendiri dari Indonesia. Aku tak dikasi tau. Tega banget. Hhmm,,, geram banget Aku liatnya. Aku ingin menonjoknya. Kata yang ingin keluar dari bank simpananku “Ini rakyat Malaysia. Sedikitpun Aku tidak bangga. Kotor dan menjijikkan. Leboh kotor dari peradaban Indonesia yang dicertkan Ahmad Tohari dalam triloginya Ronggeng Dukuh Paruk. Dan kau Liliana dan Fazira, sahabat satu makan dan minum. Selalu kerja sama. Kau ucapkan ayat Aku perasan uji tak ada” kau tau kau tak lebih tak lebih dari sirintil dalam novel yang menang tingkat asia tersebut. Kau Raziz, sebagai ketua di kelas ini, kau tidak memberi tahuku, kau tak lebih busuk dari Sakarya. Kau busuk dan hina.”

Aku ingin marah. Aku ingin mengamuk dalam lokal itu. Semua ingin ku koyakkan. Tapi Aku masih sabar. Segenap terbayang di otakku surah Ar-Rahman. Lalu Aku sujud di depan kelas. Aku yang tadi menangis sepanjang jalan dari Sungai Tangkas menuju UKM, meyeludup rasa tenang. Ini belum seberapa kata hatiku. Aku tak boleh tegang. Aku harus bangkit dan kuat. Bukan kah Aku wanita perkasa?

Aku masuk. Tak kupedulikan semua tatap yang tersudut ke arahku. Dosen kesayanganku menatapku dengan seribu tanya. Tidak ku pedulikan semua itu. Aku duduk. Lalu encik Sulaiman memberikan lembar jawaban dan kertas soal. Lalu Aku mengisi data. lalu Aku membaca soal no 2. Tiba-tiba Aku teringat data yang ku baca saat mendengarkan suara indah Kanda. Bahasa lenakel. Kuingat benar, proses apa saja yang terjadi dalam bahasa tersebut. Aku ingat juga teori dan rumus apa yang harus Aku gunakan.

Aku ikut ujian tadi. Alhamdulillah. Aku dapat jawab semua. Aku sudah hafal semua rumusnya. Meskipun dah lama gak belajar matemZahraa Aku siap duluan dr mereka

Sampai di rumah Aku nangis. Lalu shalat. Dan membaca surah Ar-Rahman. Aku menagis di hadapan Allah. Aku benar-benar tenang. Aku periksa di buku. Semua jawaban insyaallahh benar tapi tidak sempurna. Semua di luar dugaan. Aku kembAldo ke kampus. Prof mengejar lalu memanggilku.

“Kenapa awak lambat?”

“Maaf Prof. Gak tau jadwal. Ingatkan masih besok.”

“Trus siapa yang bagi tau awak?

“Senior. Kak nurulfika suhaimi.”

“Fika? Dia kaget, kok orang yang udah tesis ngasi tau. Yang lain tak ada nelp?”

“Maaf. Tak ada, Prof.”

“Astgfirullah.” Dia kaget lagi. Tak ada 1 pun yang nelp atau sms.”

“Tak ada Prof. Tapi tak apalah Prof. saya masih sempat jawab. Tapi talk sempurna. Mungkin diaorang lupa agaknya. Tak apa lah.

Keadaanku tenang. Aku maafkan kesalahan orang. Ikhlas. kalau kita ikhlas insyalah ada sesutu yang di luar dugaan. Sesuatu yang baik. Aku hanya menyalahkan diriku sendiri saja. Berfikir positif. Semua salahku. Kenapa gak nanya. Itulah yang membuatku ikhlas. ya mungkin Aku orang bodoh. yang gak bisa diandAldon. Makanya kehadiranku dianggap tidak ada. Kuambil telphon genggAku , lalu ku memangil Kanda, 2 kali panggilan. Tapi tak ada jawaban. Aku baru ingat, kalau dia ada ujian hari ini. Ku tutup telp, lalu Aku membaca kandungan surah Maryam.

Kanda… selepas mengirim rekaman surah Maryam, Aku chat sama Aldo. Dia bertanya tentang Zahra

“Siapa yang bilang ke Uji tentang Zahra?”

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu. karena lelaki itu sudah memberikan amanah padaku . Tapi Aldo terus ingin tahu. Dia memaksa Aku untuk menjawab. Aku masih tidak menjawab. Bukan berarti dia tidak penting. Tapi. Itu amanah. Lalu dia marah padaku . Dia benar-benar marah. Marah. Marah padaku gara-gara Zahra.

Aku sedih. Aku ingin menangis. Aku ingin mencari Kanda. Aku ingin segera mendapkannya dan ingin memeluknya. Aku rasakan sudah tidak kuat. Aku sampai menggigil.

Aku ambil telp, lalu kucoba mendail nama itu. tapi kembali tidak bisa. Kali ini bukan tidak diangkat, tetapi kreditku sudah habis. Lalu Aku pulang dalam keadaan sedih. Dua peristiwa yang membuat Aku runtuh. Terbayang Aku wajah Liliana dan Fazirah dengan kata-kata sembilunya. Terbayang juga kau kata-kata Aldo.

Kanda. Entah berapa kali sudah ku memanggil nama itu. Aku sedih nda. Sedih sekali. Aku ingin marah.

Aku ingin marah pada Liliana. Fazirah. Apalagi sama Aldo. Aku ingin marah. Aku ingin marah. Tapi Aku tak bisa marah.

Kenapa sulit untuk Aku marah? Kenapa Aku tak bisa marah. Aku tidak boleh menahan marah. Darahku terasa beku. Badanku mengigil. Aku tak tahu kapan Aku sampai di rumah. Yang Aku tahu Aku sudah ada di kamar. Segera Aku dapatkan obat untuk mengendurkan syaraf otakku. Lalu berbaring. Kak Kiki pulang lalu, menyelimuti Aku . Sungguh Aku terharu dengan ini semua. Ada orang yang sebaik kak Kiki. Merawatku dengan penuh kasih sayang. Memberiku minuman the hangat. Memberiku buah. Aku belum pernah menemukan orang sebaik dia. Padahal dia bukan keluargAku .

“Kau sakit ji?”

Aku hanya terdiam. Tak tahu mau bagaimana. Mau cerita ataua tidak. Akhirnya Aku masih diam.

Malam tadi. Seharian semalam. Aku tidak beranjak sedikitpun dari tempat tidur. Aku mohon sekalung maaf darimu li. Aku tidak menyalahkan Aldo dalam hal ini. Hanya saja perasaan sedih yang mengembun di hati ini, telah membuat Aku benar-benar beku.

Aku teringat kata-kata kambing dalam bloggnya. bahwa gelap itu tidak ada, yang ada hanyalah kekurangan cahaya. Nah di antara kita bukannya gelap yang memayungi. Bukan jarak yang telah membuat kita mungkin putus komunikasi tetapi keinginanmu dan cintamu pada Zahralah yang telah membuat kau selalu menyingkirkan Aku . sehingga banyak hal yang terkadang melukiskan pilu di hatiku. Kabut selalu membalu tubuhku.

Aldo kenapa tipu Aku ? Katamu, tidak lagi mau mengingat Zahra. Tapi harapanmu masih segitu besarnya pada dia. Kau masih sangat mencintainya. Kau masih selalu ingin mendapatkannya.

Aldo kenapa harus senyap dengan segala keadaan. tenggelam dalam suasana situasi, sehingga emosi meyelubungi jiwa. Rasa tak peduli mungkin bisa saja menguap di hatimu. Kau memang tidak tahu akan pedihnya hatiku. Sehingga Aku begitu sulit untuk bernafas. Aku pikir kamu bisa menjadi penenang bagiku, setelah apa yang terjadi padaku hari ini. Kenapa harus orang yang lain membuat Aku tenang. Orang yang selama ini tak pernah Aku pikirkan.

Aku bener-benar terpuruk li. Tahu kenapa Aku seperti itu? Aldo tak pernah ada di pihak Aku kan? bagi Aku yang berada jauh di rantauan ini, akan merasa pilu..........ketika kita telah dilupakan oleh orang yang kita sayang.....apalagi jika orang itu adalah orang yang telah mengisi rumah kita tepatnya dalam bilikk kita.
cobalah sediakan sedikit waktu, renungkanlah kata-kata ini. sesungguhnya di atas langit, masih ada langit.

Mungkin Aku tidak berarti apa-apa buatmu. Tapi satu hal yang perlu kau ingat,.........jauh di sana ada orang yang telah kau gores hatinya. Kau toreh cintanya. Padahal orang itu sanggup berbuat apa saja untuk kebagahagiaanmu. ada orang yang sanggup mengorbankan nyawa dan kebahagiaannya untuk kehormatanmu. ada orang yang sanggup pergi jauh karena mengalah demi impian di masa depan. Ada orang yang ikhlas melepaskanmu dan dengan rela mencoba untuk melupakanmu demi kebahagiaanmu dan cintamu. Ungu dalam lagunya berkata “Seberapa salahkah diriku, hingga kau hancurkan hatiku. Begitu menusukku. Apaka ini caramu membalasku yang selalu dekatmu ketika dirimu terluka. Sehina inikah Aku , sampai kau ludahi semua. Aku terlanjur mencintaimu. Terlambatkah Aku untuk pergi menjauh dari dirimu. Aku telah mencoba. Seribu cara Aku lAku kan untuk membahagiakanmu. Hanya untuk merebut hatimu. Namun tak semudah yang ku bayangkan bila kau tak inginkan ku tuk disismu. Takpernah Aku lakaukan sebelum ini. Mencoba meyakini hatiku kalau Aku mampu berlalu”

Mulai saat ini, Aku akan mencari kebahagianku sendiri. Semoga Aku menemukan orang yang benar-benar ikhlas mencintaiku. Saat ini, Aku hanya mengingat satu nama. Ntah apa yang merasuki Aku untuk mengngat nama itu. Tapi itulah kenyataannya. Aku tahu Aku tidak lagi punya pulsa. Kunyalakan laptop. Ku hayati lagu-lagunya, dan mataku mulai menutup setelah dia membacakan surah Ar-Rahman dengan tangisnya. Seakan dia tahu, kalau saat ini, Aku sedang tak berdaya. Suara itu telah mengantar Aku pada tidur yang nyaman, meskipun fisikku tak lagi berdaya.

Aku tak bisa menceritakan runtuh di hati ini, tapi ada yang lebih penting dari semua itu. Mungkin jauh di sana ada orang yang benar-benar bahagia karena mencintaiku, sehingga rasa sayangnya padaku sanggup menghapuskan tinta kekecewaan itu. Perlu Aku pikirkan "Layakkah orang itu untuk Aku sakiti?"

Aku tenggelam dalam tidurku. 22.37 Aku terjaga. Hpku bergetar. Ada pesan masuk. Aku membukanya sebuah pesan dari nya “As.. Pagi tadi ku lihat mentari terbit. Dah ku tunggu juga sampai tenggelam….tapi pengai tak muncul-muncul. Apakah gerangan dirinya.” Aku tersentak. Aku tak bisa berbuat apa.

Entah energi dari mana yang membuat tubuhku kembali bernyawa. Lalu kumenghadap laptop yang sejak tadi masih memutarkan surah Ar-Rahman secara berulang-ulang. Aku menangis. Menangisku bukan karena sedih. Tapi. Bahagia telah memayungi hatiku. Aku tak henti menuliskan namanya di laptop ini. Seakan dia ada di sisiku dan bercerita denganku. Aku mengatakan padanya apa yang Aku alami. Lalu dia memelukku dan menciumku. Lalu kubisikkan pada telinganya. “Terima kasih sayang, karean memberiku energi tuk bergairah.” Dalam khayalku itu. Aku berikan dia sebuah ciuman yang selama ini Aku simpan untuk Aldo. Lalu kami menangis……

Roziah Burhan, Sungai Tangkas 02 malam Minggu 8 November 2009.

Tidak ada komentar: