Tetikus ku menari mencoretkan sebuah madah kelukaan. Cereka jiwa cinta yang berair mata. Di singgah sana hati ini, ada sembunyin kenangan Yang tak mampu aku lemparkan. Ku menghargai bentuk ketulusanmu walau aku tak pernah mampu membalasnya.
Tetikus ku menari menggambarkan lakaran kekeliruan saat silam. Tinta biru bersulam kerinduan, kecemburuan, dan tinta merah meangandungi kemarahan. Berkaca jernih di ingantanku. Walaupun engkau telah jauh dari pandanganku.
Manisnya saat bertemu dalam hakikat keluarga besarmu. Kau ku anggap sebagai abang kandungku sendiri. sehingga aku tak kutemukan ragu antara kita. Kau manjakan aku dengan segala hal, seperti kau menatang minya yang penuh. Kau tahtakan aku pada semua pandangan saudaramu, hingga mereka semua memujiku. Lalu ada harap agar aku menjadi milikmu. Hingga kau hujani semua keinginanku dengan kemampuan dan keikhlsanmu. Aku tak mampu dengan kebodohan, sehingga kau tak mampu memiliki aku dan segala kekarasan hatiku. Aku tidak punya hak untuk menolak cinta suci yang kau berikan padaku. Tapi aku hanya menganggapmu sebagai abang. Aku memang rentan dengan rasa. Aku mencintai Dedi apa adanya. Cinta yang berakar dari sebuah surah dalam Al-Quran yang hanya aku dah dia dan tahu. Walau belum ada komitmen seperti yang engkau goreskan dalam kenyataan pandangan dan logikaku, tapi ntah kenapa dalam setiap doakku ada dia yang ku cinta.
Engkau sosok lelaki yang sangat baik. Tapi aku tak mampu membalas kebaikanmu. Segala kini tidak dapat untuk ku bahasakan. Semua kini kaku, tiada lagi madu. Setiap madah baris kata bukannya untukmu. Kini aku berteman sepi . Kini aku sendiri bersama suka dan duka dalam melalui layaran kaca laptop tuk menghakis gelombang kembara panjang. Ku harap kau ikhlas menerimanya.
Tetikus ku menari membariskan madah sebuah pengalaman. Cereka jiwa cinta dan air mata. Di singgah sana sepi ini, titisan membasahi. Dan akau tidak tahu pada siapakah untuk kuluah rasa. Dedi jauh dari pandanganku. Ku ingin Jauh melangkah pergi, tidak menoleh lagi. Kenangan silamku tinggal tertulis kini dalam sebuah m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar