Aku seorang perempuan yang tinggal jauh di sudut kampung. keluarga sangat miskin. Cerita nyata tak pernah aku lupakan sampai saat aku menjejakkan kaki di Malaysia saat ini. Dengan arah dan tujuan yang bertolak daripada keihlasan. Keluargaku termasuk keluarga yang miskin, dan benar2 miskin. sehingga tak punya apa2 untuk dibagikan dengan orang lain.
Saat tetangga meminta makan, ibuku hanya terseynum sambil membawa tamu tersebut ke dapur. Dengan mata terpana, dia melihat sesuatu dalam periuk nasi yang tengah dijerang dengan kayu bakar, isinya cuma rebusan jagung yang saat ini masih sangat aku sukai. Jagung itu juga hasil kerajinan aku yang ditularkan oleh ayahku. Kami sekeluarga dan tamu itu menikmati jagung dengan nikmat dan lezat sekali.
Kami ketawa ketika dia berkata "Aku suka dengan keluarga sederhana ini, ceria dan bersahaja"
Ayah dan ibu selalu tersenuym tatkala melihat hujan...padahal hujan itu sebenarnya sedikit menutup penghasilan keluarga kami yang bersal dari getah. kalau hujan, sudah tentu tak bisa menoreh getah bukan?
Kami dikurniai sebuah sumur yang sampai saat kemarau melanda, tidak pernah kering. Sehingga masyarakat kamupung parit bengkuang bantan air bengkali datang berbondong2 datang mandi dan meminta air. Tak ada bayaran yang kami kutip, hanya itu yang dapat kami berikan. Nikmat Allah itu sampai saat ini masih ada. Ibu dan ayah menyuruh kami senyum setiap kali tamu yang datang. Senyum dan tersenyum.
Sehingga aku terbiasa dengan senyuman. Sedih dan senang kulampiaskan dengan senyum. Senyumku miliki semua, tetapi hatiku hanya milik dia.
Kini...hatiku mulai ragu dengan senyum ini, yang kata beberapa lelaki yang menyukaiku...senyum ini yang membuat mereka hancur. Bahkan ada yang harus menangis kerana senyum ini.
Salahkau senyumku wahai kawan? Apa yang bisa ku hadiahkan selain senyuman? Ku bukan kaya....Kuliah saja aku sambil kerja di sebuah rumah makan...Aku hanya bisa senyum dengan khasku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar