Minggu, 20 Juni 2010

Apa itu Stilistika?


Penulis perlu melengkapkan perlu dijelaskan beberapa pandangan-pandangan tokoh mengenai stilistika, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam kajian ini. Kridalaksana (1982: 157) menyatakan ”Stilistika merupakan ilmu yang menyelidiki bahasa dalam karya sastra, ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan atau penerapan linguistik pada penelitian gaya bahasa.” Stilistika merupakan gabungan dari dua ilmu yaitu bahasa dan sastra.

Aminudin (1995: 47) menyatakan bahwa ”Stilistika adalah pengantar memahami bahasa dalam sastra.” Kata ”bahasa” pada pendapat di atas menyangkut masalah bahasa sebagai sistem tanda, bahasa sebagai gejala aktual yang dapat mewujud dalam berbagai bentuk. Kajian bahasa dalam stilistika bukan kajian yang sederhana, melainkan kajian yang harus diartikan dalam konteks yang luas. Pendapat tersebut didukung oleh Semi yang menyatakan bahwa:

7

Di dalam pendekatan stilistika, kajian bahasa harus lebih mendalam, sampai kepada menggunakan bahasa simbolik, kemampuan penglihatan kata, hingga penemuan berbagai kemungkinan penafsiran. Analisis kebahasaan juga diarahkan pada masalah pemakian kata dalam kalimat, kalimat dalam paragraf, paragraf dalam wacana. Tidak dapat pula dihindari analisis mengenai pemakaian ragam bahasa, dialek, atau laras bahasa. Analisis ditujukan pula ke arah membuka tabir kekaburan yang sering dijumpai pada karya tersebut. (1990: 82)

10

”Stilistika adalah ilmu tentang gaya (bahasa).” (Suwondo, 2003: 151) senada dengan pendapat tersebut, Laelasari dan Nurlailah (2006: 237) menjelaskan bahwa ”Stilistika adalah ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra.” Kedua pendapat ahli tersebut juga sama dengan pengertian stilistika yang penulis temukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1091). ”Stilistika adalah ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra.” Bahasa dan gaya bahasa menjadi objek utama dalam stilistika.

Penelitian stilistika berpusat pada penggunaan bahasa dalam karya sastra serta gaya bahasa yang terkandung dalam sastra tersebut. ”Pendekatan stilistika beranggapan bahwa kemampuan sastrawan mengeksploitasi bahasa dalam segala dimensi merupakan suatu puncak kreativitas yang dinilai sebagai bakat.” (Semi, 1990: 82). Kajian bahasa sangat luas, karena dalam stilistika bahasa merupakan permasalahan utama yang harus dibahas. Seperti yang dikemukakan oleh Aminuddin (1995: v)

Pembahasan gaya bahasa dalam buku ini berjudul ”Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.” Sejalan dengan dasar pemikiran tersebut, kata ”bahasa” dalam hal ini menyangkut masalah ”bahasa sebagai sistem tanda, bahasa sebagai gejala aktual yang dapat mewujud dalam berbagai bentuk manifestasinya.

Stilistika adalah kajian yang bergerak pada bahasa dalam sastra. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Atmazaki ”Stilistika sebagai kajian sastra dari segi bahasa.” (2005: 153). Aplikasi dari pendekatan stilistika dalam mantra-mantra berladang padi menurut kepercayaan masyarakat Melayu tertuju pada analisis bunyi seperti rima, alitrasi, asonansi, dan anafora.

Ratna mengungkapkan bahwa ”Stilistika mengkaji tanda-tanda dalam masyarakat yang dapat diungkapkan dengan menggunakan prinsip-prinsip ekuivalensi, seperti ekuivalensi bunyi (rima atau sajak, aliterasi, dan asonansi).” (2007: 243). Ekuivalensi pada pendapat tersebut berarti mempunyai nilai yang sama atau sebanding. Jadi ekuivalensi bunyi adalah mempunyai nilai bunyi yang sama seperti rima atau sajak, aliterasi, dan asonansi.

Pradopo dalam Suwondo (2003: 152) menyatakan bahwa ”Aspek-aspek bahasa yang ditelaah dalam studi stilistika meliputi intonasi, bunyi, kata, dan kalimat sehingga lahirlah gaya intonasi, gaya bunyi, gaya kata dan gaya kalimat. Sedangkan menurut Sudjiman dalam Suwondo (2003: 152) ”Secara umum lingkup telaah stilistika mencangkupi diksi, atau pilihan kata (pilihan leksikal), struktur kalimat, majas, citraan, dan pola rima yang digunakan seorang sastrawan atau yang terdapat dalam karya sastra.

Tidak ada komentar: