Kamis, 17 Juni 2010

Perpustakaan Ajang Kreativitas Mahasiswa (oleh Saniah)

Aduh senang baca tulisan temanku yang bernama Saniah, S.Pd. mmmmm.......beliau menulis tentang perjuanganku saat menjadi ketua Pustaka Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2007......ku menampilkan ini bukan untuk menunjukkan kalau aku adalah orang berjasa, tapi ini adalah kenangan hadiah terindah yang pernah ku terima darinya. Ya Tuhanku...banyak kengan yang tercipta antara aku dan dia......tapi kini dia terserang kangker....sungguh air mata ini tak bisa ku tahan....

Perpustakaan Ajang Kreativitas Mahasiswa (oleh Saniah)

Perpustakaan PSPBSI dulunya hanya sebuah ruangan pengap dengan almari tua yang menggendong buku-buku tua kecoklatan. Kotoran-kotoran menjadi penunggu di sekeliling dinding membuat suasana ruanagan tanpa lampu itu bertambah gelap. Pemandangan itu tentunya akan mematikan minat baca mahasiswa. Minimnya buku yang disediakan, mendukung argument mereka untuk tidak memilih pustaka sebagai tempat menghabiskan waktu dengan bercekrama bersama buku-buku, layaknya seorang kaum intelektual.

Seiring bergantinya waktu, regenerasipun terus berlangsung. Tumbuhlah generasi-generasi baru yang punya cita-cita besar untuk kemajuan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah sekian lama mati suri, awal tahun 2007 kemarin, perpustakaan tersebut mulai dibenahi. Ketua pustaka tercatat sebagai mahasiswa yang berani menerima tantangan dari seorang dosen yang akan memberikan hadiah uang untuk pembelian buku sebesar 1 juta rupiah, dan karpet apabila bisa menyatukan ruangan pustaka dan Al-khansa.

Kegiatan berbenah itu diawalai dengan pembukaan sekat yang memisahkan antara pustaka dengan sekretariat Al-Khansa (Bidang Agama Hima Pendidikan bahasa dan satra Indonesia). Pembukaan sekat ini tentu saja ditentang oleh anggota yang tergabung dalam pengurusan Al-Khansa. Banyak yang tidak setuju dengan niat suci ketua perpustakaan tersebut. Namun setelah melalui perundingan panjang antara ketua pustaka dan pengurus Al-Khansa, yang diprakarsai oleh seorang dosen, akhirnya merekapun setuju. Hal ini mengingat dulunya ruang pustaka tersebut merupakan sekretatariat Hima PSPBSI, kemudian disekat untuk dijadikan ruang khusus untuk sholat.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari jasa ketua pustaka. Roziah begitu nama lengkapnya. Mahasiswa angkatan 2004 yang sekarang menjabat sebagai ketua perpustakaan pernah mengatakan dalam suatu obrolannya di kampus tentang motivasinya untuk berkiprah mengerahkan tenaga, fikiran bahkan rupiah untuk perpustakaan. Wanita berkaca mata ini mengaku senang mengelola buku-buku, mengingat keadaan perpustakaan yang sangat miris itu.

Berangkat dengan niat yang tulus untuk kemajuan prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, dia bersama tiga rekannya, yulia sofa, Suliati, Munika Fitriana, dan Mulyono berusaha keras agar ruangan itu bisa disatukan. Mereka telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran bahkan materi dari kantong masing-masing.

Kegiatan perpustakaan juga mendapat dukungan penuh dari Ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan menyumbangkan sebuah Komputer untuk penyimpanan data Perpustakaan dan sebuah kipas angin.

Saat ini perpustakaan PSPBSI telah memiliki referensi yang cukup lengkap. Buku-buku itu berasal dari dana kas perpustakaan yang didapat dari pembuatan kartu pustaka, denda keterlambatan pengembalian buku, serta uang fotokopi buku referensi dan skripsi. Sementara itu, buku juga berasal kebijakan ketua prodi dan ketua perpustakaan untuk mewajibkan sumbangan buku dari mahasiswa yang akan mengikuti ujian sarjana.

Kini kegiatan kerohanian Al-Khansa sudah menjadi lebih baik. Para pengurus dapat mencari dana dengan membuka Warung Jujur Al-Khansa. Rapat-rapat, siraman rohani, dan pengajian yang dulunya diadakan dalam ruangan kecil kini sudah bisa berleluasa. Kegiatan tambahan ilmu agama juga dapat berjalan baik dengan memakai model yang berbeda. Ada kuisioner dan bedah visidi. Semua itu memerlukan alat yang bernama komputer. Anggota Al-Khansa dapat menjalankan rencana kerohanian tersebut dengan senang dan nyaman.

Relasipun mulai di bangun dengan Forum Lingkar Pena majalah Basis. Dalam hal tersebut perpustakaan akan menyediakan ruangan untuk mahasiswa yang magang jurnalistik di basis dan juga diskusi untuk Obrolan Seputar Sastra Islam Indonseia (ORASSI) yang di adakan oleh FLP cabang pekanbaru. Setelah mahasiswa selesai magang di Basis, peralatan-peralatan seperti komputer, printer dan meja akan disumbangkan ke pustaka. Sampai saat ini perpustakaan PSPBSI mempunyai tiga unit komputer, satu untuk data dan duanya lagi untuk rental mahasiswa. Perpustakaan juga mempunyai satu unit printer.

Kehidupan dunia baca di perpustakaan PSPBSI sudah begitu ramai. Setiap harinya dipenuhi para pembaca. Tidak hanya kalangan mahasiswa PSPBSI, tetapi mahasiswa dari luar juga ikut memadati ruang baca yang bergorden pink itu. Berdasarkan buku tamu, tercatat mahasiswa yang berasal dari FKIP, Faperta, Faperika, Fisipol, Hukum, UIR, UIN, UNP, mahasiswa S2 dan juga mahasiswa dari daerah yang pernah membaca dan mecari bahan dari perpustakaan tersebut.

Mahasiwa PSPBSI merasa senang berada di pustaka saat ini. Di sana mereka bisa membangun semangat untuk cepat menyelesaikan kuliah dengan sarana dan prasarana yang disediakan oleh perpustakaan PSPBSI. Mereka selalu berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada pada skripsi masing-masing. Berkat Perpustakaan PSPBSI, pada 22 Januari 2008, 11 orang mahasiswa angkatan 2004 telah menyelesaikan studinya dengan IPK di atas 3. keberhasilan perpustakaan ini bisa dibuktikan dengan 3 dari 11 orang yang lulus tersebut adalah petugas pustaka, yaitu Roziah (IPK 3.73) merupakan pemuncak I FKIP UNRI sekaligus Pemuncak II Universitas Riau, Yulia Sofa (IPK 3,55) dan Suliati (IPK 3.50) sungguh ini merupakan sebuah prestasi.

Teringat lagi akan kucuran keringat yang keluar dari tubuh ketua pustaka ketika mengangkat Alamari, membuat banyak lelaki terkagum dengannya saat itu. Pemegang IPK tertinggi pada angkatan 2004 ini sanggup mengotorkan tangan mulusnya demi mengecap arti pendidikan. Dari bibirnya yang penuh senyum itu terucap kalimat-kalimat penggugah jiwa saat kami mewawancarai beliau yang sedang asyik mebersihkan almari usang tersebut. ” aduh Mbak jangan tanya gaji ya. Insyallah 100 rupiahpun belum terlintas untuk saya nikmati mbak. Saya melakukan ini atas dasar kemanusiaan dan demi masa depan Mahasiswa Bahasa Indonesia Unri ke depannya nanti. Saya yakin Allah Maha Kaya Mbak. Meskipun saya tak digaji, saya juga bisa makan tiap harinya. Yang terpenting buat saya adalah saya bisa membayar upah pada tiga karyawan saya. Itu dah cukup. Semoga apa yang saya kerjakan mendapat keridoan dari Allah SWT”

Semoga kami juga bisa seperti Mbak Roziah.

Tidak ada komentar: