Ternyata penyakit kangker yang ku derita tidak seganas penderitaanmu Dalaf. Saat kau memberi bacaan keputusan Rektor tentang itu. Sungguh ku tak sanggup. Permata bening menunggu saja awan menggetarkan langit mataku. Jika lama kubertahan di situ, maka akulah yang bakalan lebih hancur dibanding dia yang mengalami hal itu saat ini.
Dalaf...
Jujur... senyum palsu yang aku tebarkan adalah cara aku bersabar menghadapi ujian cinta kita.
Aku mencintaimu saat ini. Lebih dari aku mencintai diriku saat ini.
Aku khawatir padamu, lebih dari aku mengkhawatirkan vonis dokter terhadap penyakitku. Aku tak mau melihat kau rapu seperti saat ini.
Menangisi kejadian ini bukanlah solusi sayangku...
Tapi....
DIRIMU adalah kekuatanKU saat ini.
Mungkin ini masih terlalu awal untuk kau percaya. Tapi dirimu tetap harus percaya..
....KU INGIN SEPIRING BERDUA...UNTUK MENYATUKAN NASI, LAUK, KUAH, SENDOK DAN GARPU KITA...
Kalimat itu tak pernah kuucapkan buat siapapun kanda. Istimewa hanya untukmu. sekali lagi untukmu. Untukmu selamanya...
Dalaf...
Kau pernah ditinggalkan oleh IBUMU yang sangat engkau sayangi... kau tau sayang...tak ada satu hal pun di dunia ini yang lebih menyedihkan dari hal itu. percayalah....
Aku ditakdirkan lahir dan mengenalimu saat ini dari Allah bertugas untuk menemanimu berjuang saat ini.
Percayalah sayang...
Kubersedia menemanimu dalam menghadapi setiap kedukaanmu.
Sebagai insan yang berkerja mencapai Ridho ALLAH, kita WAJIB mengembalikan senyum yang telah dirampas oleh selembar catatan kusam yang tercabik buram itu.
Surat itu tidak lebih penting dari pertemuan CINTA kita saat ini.
Kita harus menari mengahadapi cobaan ini sayang...karena Cinta kita telah Allah hadirkan sebagai wujuduntuk mencapai ridhonya...
Dalaf...
Ku akan selalu ada buatmu...Percayalah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar