SUDAH LAMA AKU INGIN MENULIS INI, BARU SEKARANG TERWUJUD. ini terjadi karena tadi malam Dalaf menanyakan
"Dinda marah gak kalau kanda mencium dinda".
Ingatanku kembali pada sebuah pertengkaran hebat dengan seorang lelaki yang bernama Damsir.
22 November 2009
Sedikit gambaran kisah cinta yang terajut antara aku dan Damsir. Mahasiswa S2 Psikologi UiverSiti KebangsaaN Malaysia. Pria tampan ini telah mengisi hari-hariku di tahun 2009 sepanjang waktu maret–Mei 2009.
Tiga bulan menciptakan kenangan yang terpahat dalam hati. Kenangan yang tak begitu menyentuh dan dalam. Karena pada dasarnya, ada nama lain di hatiku yang telah mengisi setiap nafasku. Tapi aku mencoba menyimpannya menjadi sebuah cerita. Sejarah hidup hanya sekali dan tak bisa terulang.
Waktu 24 jam saja tak bisa kita tambah 1 detikpun. Begitu juga yang telah terlewati tak pernah bisa kita ulang lagi. Semua akan menjadi kenangan. Begitu juga kisah jalinanku bersama lelaki Alim ini.
Pustaka Tun Sri Lanang tingkat 5 pukul 4:30 menjelang Ashar.
20 Maret 2009
Aku melihat wajah yang membuatku salut ini dengan jarak yang begitu dekat. Sungguh aku tak mampu menatap matanya.
”Kenapa adek menolak abang?”
”Nolak? Nolak apa ni? Apa ni Bang?”
”Adek gak tau? Segitu teganya adek. Adek gak tau. Pantesan adek gak balas sms abang. Atau adek pura-pura gak tau.?”
”apa ni?”
”Coba adek baca SMS abang!”
Aku mulai menyingkapi layar Hp. Tercatat jelas
”15 Maret 2009 ’abang udah jatuh cinta sama adek. Mau gak adek terima?’
Aku seakan tak percaya dengan apa yang ku baca sebentar tadi. Entah kenapa air mataku bercucuran. Aku tak tahu kenapa aku jadi begitu. Apakah aku bahagia ataupun sedih. Kok bisa lelaki yang kerap dipanggil PAK USTADZ ini jatuh cinta padaku yang seheboh ini. Mana tak sulitnya. Dia yang selau membaca Al-Quran di setiap shalatnya menyukai yang sehari-harinya terdengar suara lagu-lagu Melayu setiap pagi di kos. Mana mungkin lelaki yang terkenal diam dan pemalu menyukai wanita yang heboh dan suka tertawa sepertiku. Pelik.
Semua terasa aneh.
Janggal.
Rasa tak mungkin. Aku mampu membuat dia mencitaiku. Tambahnya lagi
”sejak kenal adek. Hidup abang terasa lengkap. Abang bisa tertawa dan berekspresi. Abang tak tau apa yang bisa abang lukis dari adek. Tapi yang jelas adek telah memberi warna dalam hidup abang. Warna yang selama ini abang cari dan belum abang temukan. Abang bahagia bersama adek. Abang nyaman ada di dekat adek.”
Aku tidak langsung menerimanya. Aku menceritakan semua keburukanku. Bukannya apa. Aku tak mau dia menyesal. Yang jelas aku bukan terbaik buat dia. Aku tak layak untuk dia. Akan rusak identitasnya. Lalu aku berkata
”Abang pikirlah dulu sebelum menjalin cinta dengan adek. Adek bukannya orang baik. Abang tahukan adek mencintai Ali”
”Sudah abang pikirkan. Abang tahu. Abang ingin membahagiakan adek. Apakah adek tak ingin jadi orang baik?”
Lalu aku coba menjalani benang kasih ini, meski awalnya terasa aneh. Hari-hari kami selalu bahagia. Hampir setiap hari kami habiskan bersama di Pusanika ataupun di pustaka.
Dia yang dulu kukenal pendiam kini berubah menjadi periang. Terkadang dia terlihat agresif. Tak jarang dia ketawa terbahak-bahak ketika aku membuat cerita lucu. Aku sudah jelas suka mengusik anak orang. Sudah pasti dia jadi mangsa.
Katanya lagi
”lelucon dari adeklah yang selalu membuat abang merindukan adek. suEr” sampai terkadang abang ke luar malam-malam beli pulsa hanya untuk mendengar suara adek."
Kebiasaan kami adalah di bioskop. Menghitung jumlah kereta api yang lewat. KTM dalam bahasa Malaysia (Kreta Tanah Melayu). Dia selalu melindungiku. Kalau aku kedinginan, dia selalu memakaikan jaketnya ke tubuhku seraya menatap aku. Tapi kopiah di kepalanya selalu membuat aku sadar. Dia lelaki baik.
Tapi akhir-akhir ini dia terlihat begitu agresif. Aku sedang berusaha untuk menjadi perempuan yang baik, tetapi terjadi perubahan besar pada dirinya. Sesuatu peristwa besar telah berlaku pada kami saat di stesyen UKM. Aku cepat-cepat pulang dengan berlari anak meninggalkanya. Aku kesal dengannya. Di sudah kurang ajar padaku. Dia telah menciumku tanpa kusadari. Aku terasa dia sengaja melakukannya. Aku tak bisa memaAfkanya.
Aku menangis. Aku menangis karena telah menghianati cinta di hatiku. Menghianati cintaku pada Ali. Tapi aku tidak menghianati Ali. Aku juga tidak melakukan apa-apa.
Damsir menciumku. Mungkin biasa bagi pasangan yang bercinta. Tapi aku tak menyukai itu.
Sesaat. Aku benar-benar tidak menyukainya. Aku risih dah benar-benar risih. Hal ini telah membuat aku menganggap Damsir tidak lagi lelaki baik-baik. Peristiwa hitam itu selalu membayangi hidupku. Sampai di rumah, aku perhatikan pipiku yang tersentuh oleh Damsir tadi. Aku gosok sekuat-kuatnya sampai luka dan berdarah, serta membekas. Sungguh aku benci.
Ini kali ke tiga, lelaki yang benar-benar mencitaiku menciumku secara paksa, tanpa aku sadari.
Aku teringat peristiwa di SMA bang Joko mencium keningku saat dia menang olah raga seraya berkata.
”Kakak sayang adek” lelaki bejat itu sudah punya pacar saat itu. Seniorku juga kelas tiga. Hal ini menciptakan perang besar anatara mahasiswa kelas 1 dan kelas 3. Semua bermula dari lelaki yang ku benci menyebutnya itu menyukaiku. Seumur hidup aku muak dengan perbuatannya. Muak dengan lelaki hidung belang. Aku bukan perempuan yang bisa di buat seenaknya seperti itu. Aku tak suka pacarnya marah padaku saat lelaki itu nyaman melihat perwatakanku yang sederhana katanya.
Lelaki kedua adalah Andi Sandra, juniorku di waktu SMA. Dia menyukaiku sejak dia SMP lagi. Katanya aku pintar. Aku sederhana, periang dan bisa bikin dia nyaman. Sejak saat itu aku tak mau mengingat lagi juniorku.
Pernah juga teman sekelasku Surya Kencana dan Sumarno, mencoba menarik lenganku di WC. Bersyukur ada sapu. Aku telah memukul sekuat tenagaku. Aku benci tindakan mereka. Aku sangat membencinya. Perasaan benci ini muncul karena aku tak rela ada lelaki lain yang menyentuhku selain suamiku yang telah merebut hatiku. Aku mau suamiku yang KELAK menciumku. Dan hanya dia yang boleh memeluk dan menciumku.
Aku sadar. Aku tak melakukannya. Aku teraniaya. Namun yang jelas. Sampai umurku 25 tahun, aku belum pernah memberikan ciuman pertamaku pada lelaki manapun di dunia ini. Lelaki pertama yang ingin aku cium adalah orang yang benar-benar aku cintai. Harap-harap aku orang tersebut adalah suamiku.
Tetapi seandainya orang yang aku cintai tidak bisa menikah denganku, maka akan ku berikan ciuman pertama ini untuk salam perpisahan dan sebagai bukti cintaku. Mungkinkah lelaki itu adalah DALAF?
DALAF....waktu aku mencintai Ali, tak pernah aku punya niat untuk menciumnya. Tapi saat ini...hari ini, aku ingin sekali menciummu. Agar kau tahu aku sangat mencintaimu.
Diaryku....
Ku kembalikan lagi pada Damsir. Lelaki yang ketiga yang telah menciumku dengan kekuatan kelelakiannya. Aku tidak menikmatinya. Benar-benar terasa hambar. Mungkin akan terasa bermakna jika DALAF yang melakukannya. Sejak itu aku mulai hambar rasa dengan Damsir. Aku tidak lagi menghormatinya sebagai lelaki hebat. Meskipun semua orang memujinya.
April 2009
Bacalah warkah ini sendiri, jangan kau gotong royongkan, karena ini menyangkut masalah harga diri kita. Selesai dibaca, adek mohon hapus data ini dari bank simpananmu. Tiada bahasa selembut sutera, tiada kata seindah doa Semoga terbangan tulisan tanpa kertas ini tidak mengusik ketenangan Abda. Utaian doa dan harapan bersinyalir melimpah buatmu, hendaknya Allah memayungi dengan Rahmat-Nya dan memberikan kesejukan jiwa serta mempertebal keimananmu pada-Nya.
Keadaanku saat ini sedang dalam lembayung kegelisahan jiwa akibat rona-rona dosa yang sengaja kita lakukan
Tak berguna lagi bulatan permata ini jatuh satu persatu dari kelopak mataku, ketika cinta yang merupakan anugerah telah kau nodai dengan penghianatan. Sulit tuk kubayangkan siksaan yang akan diterima di akhirat kelak. Biarlah aku terus menyalahkan diri ini seumur hidup. Jika aku tidak mengaawali episode cinta ini, mungkin ini semua tak akan terjadi.
Sebenarnya bisa saja dikatakan ini adalah takdir. Tapi hati tak bisa menerima. Malah diri sendiri turut mengutuk akan perbuatan apatah lagi semua unsur yang menatap adek saat ini.
17 april 2009
Di hari ulang tahunku, dia datang meminta maaf karena perbuatannya. Kali ini aku memaafkannya. Aku memberi peluang padanya untuk memperbaiki diri. Dia mengatakan padaku.
"Abang memang salah, abang jahat sama adek. Maafkan abang. Abang gak bisa adek diami. Abang benar-benar mencintai adek."
"Adek mencoba memaafkan abang. Tapi jangan ulangi lagi."
24 april 2009
Punca petengkengkaran kami adalah peristiwa ini
”Adek kita nikah yuk!”
Kenapa abang sering nanya ini? Kan sudah adek bilang. Adek mencintai abang. Orang tua adek tak mengizinkan adek menikah saat adek masih kuliah. Abang ngerti dak. Adek berusaha belajar matian-matian hanya untuk selesai cepat. Dan kita bisa menikah.
”Ya udah lah kalau gitu. Adek nolak abang.”
Abang adek gak pernah nolak. Tapi adek Cuma minta waktu sedikit.
Damsir pergi meninggalkan aku. Kenapa kau tinggalkan aku sendiri? Tau gak aku sedih. Aku disini menunggumu. Di Pusanika, tempat aku menemanimu makan burger dulu. Saat itu terasa indah
”Adek gak mau?” kau bertanya saat itu. Lalu ku menjawab
”Gak ah, minum aj”.
”Coklat aj ya.”
”Capucino ah”
Kau pergi Damsir. Kenapa kau tinggalkan aku sendiri? Aku kangen. Tapi.......Biarkan waktu terus berpusing. Kau meninggalkan aku saat cinta itu mula berputik. Padahal tinggal sebentar kau akan mengecapnya manis cintaku. Aku sudah berusaha membersihkan hatiku. Namun kau hancurkan itu. Kau bunuh impianku. Sungguhpun pahit hati ini kau tinggalkan, sepahit kopi, pahit lagi milo, ku ikhlas tuk bertahan. Meskipun kau tak pernah bisa merasakan, terkadang kau anggap tak serius. Karena setiap senyuman yang kulemparkan menjadi tanda bagimu bahwa aku tidak serius.
Kau ajak aku menikah. aku meminta waktu, sedikit, untuk aku menyelesaikan janjiku pada kedua orang tuaku.
Hari ini aku ngambil paspor. Aku teringat peristiwa itu. Di KLCC. Hari Selasa 28 April. Saat kita di tangkap pak cik berkumis. Aku benar-benar takut. Lalu kita pulang.
Dan kamu pergi mengambil pasport. Apa yang terjadi? Cik Zamri belum menyelesaikan pasportmu. Ada sorotan luka diwajahmu. Aku nampak itu. Ingin rasanya aku peluk kamu erat-erat. Tapi pakcik KLCC selalu memenuhi otakku. Matanya terlihat begitu tajam. Saat aku ingin menggenggam tanganmu, dia seperti menepis dan ingin membawaku ke Masjid itu. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menikmati dan menatap wajahmu yang berselubung mendung dan berkabut kekecewaan.
Damsir
Aku hafal dengan wajah murungmu. Makanya sebisa mungkin aku tak mau mencipta kabut diwajahmu. Aku ingin bibirmu merekah setiap kali kita ketemu.
Aku teringat ibu ku saat ini. Ibuku sakit ab. Aku ingin curhat tapi kamu kemana? Ibu orang yang sangat baik Ab. Dia selalu memberikan aku ketenangan. Kamu mau tau gak nasehat ibuku?
”Mau”
”Ok”
”Nak kalau kau gundah dalam duka. Kau tetap harus ingat dengan cinta. Tak semsestinya kita lupa, kasih Dia tak berbalas sepanjang usia. Ketika kau terlena dalam alpa, akan mak rangkai kata indah tuk kuatkan jiwamu.”
”Damsir itu lah wacana yang aku ingat dari untaian kata emakkku. Aku ingin megatakan ini pada emakku” maaaaaaaak maafkan anakmu. Cintamu yang suci tidak bisa kulupakan. Ini syair yang pernah aku terima dari pacarku yang dulu. Syair yang begitu indah mak. Tapi bukan anakmu yang mencintainya. Aku tidak mengingat masa lalu dengan dia, tapi aku ingin persembahkan ini istimewa buat mak.
”Apabila kuterima cinta darimu, maka harta tidak berarti lagi. Maka semua yang berterbangan dibumi ibarat debu yang berterbangan. Hanya itu yang bisa ku hadiahkan saat ini mak.”
"Aku ikhlas menyampaikan itu mak.”
"Makasih ya kamu udah mau dengarin aku curhat. Aku tak tahu lagi harus bercerita ini dengan siapa. Aku lega saat ini."
Mei 2009
Ku kirim pesan ini lewat terbangan angin. Lembayung pagi ini secerah hatiku.
”malam Abang. Gingapain. Bantuin ibu ya? Kamu memang anak baik. Sampai jam 9 malam aku belum lagi makan. Nasi tak mau bersahabat dengan aku. Aku masih lagi menunggumu di sini. Di tempat biasa. Kita mulai melihat ke atas. Melihat Ktm lewat. Tiba-tiba
”Ab lihat itu panjang banget ya. Pasti ke Singapura.” Aku beretorika dengan bayanganmu. Aku kangen sama kamu. Kenapa kamu gak datang. Kamu marah ya sama aku?
Lalu jiwaku memanjakan hatiku. Aku harus kuat. Tak boleh sedih apalagi harus mengangis seperti ini. Aku ingat nasehatmu. ”adek kita pulang ya. Kalau sudah berkeluarga Abda mau sebelum magrib semua udah ada di rumah. Dalam islamkan diajarkan begitu. Abda gak suka sama perempuam yang keluar malam, itu kan gak bagus.
Kecuali ada mukhrimnya”
Aku membantahnya.
”tapi harus lihat situasi dong. Artyinya kamu harus siap dengan segala apa yang ada. Misalkan kamu Cuma ada satu anak perempuan. Tiba-tiba suatu malam kamu sakit. Seandainya perempuan gak boleh keluar. Apa mungkin kamu juga yang pergi cari obat. Bukankah itu mudarat? Dalam islam hal yang menimbulkan mudarat juga dilarang? Gimana?”
Aku terus menangkisnya dengan tegas tanpa ada penyelesaian. ”Pokoknya gak boleh.” kita berlalu. Memgingat hal itu, aku cepat-cepat menutup laptop ini dan memasukkannya dalam tas. Meskipun pertanyaanku saat itu masih kau gantungkan jawabannya, tapi ada benarnya juga perempuan gak boleh keluar malam. Aku merasa saat ini kau marah padaku. Karena aku sendirian.
Tiba di rumah... aku menghidupkan kembali laptopku. Aku memancingkan pesona cinta denganmu. Teringat aku akan syair para pujangga ”Hati para dewasa, pasti tersentuh cinta.Terkadang lembut dan manja, cinta membuat terlena. Adakala bergelora, bak dembur ombak samudra. Pesona cinta, membuai jiwa, menjanjikan sejuta indah. Terbit selera, tergugah jiwa, tuk menyemaikan benih cinta. Semoga putikkan berbunga, semoga panggil kan terjawab. Ku ingin hidup dengan cinta, kuingingin selalu bersamamu.” Abda aku kangen baget sama kamu. Kenapa sulit bagimu tuk percaya akan cinta yang mengisi hatiku. Mana mungkin aku mengharapkan kak abdul yang telah mencampakkan aku. Lihat lah apa yang dia telah ucapkan. Aku udah benar-benar putus dengannya. Lihatlah ini, email yang masih klu simpan sebagai bukti buatmu, bahwa aku sudah putus dengannya.
“Show Recent Messages (F3) asslm dek, maafin kak ya kak cpt cpt mengambil keputusan sprti ini mngkn akn meningglkn sedikit sakit hati (kalo gak malah kak seneng) gak lm, dan insyaallah akan menimblkan kebahagian selamanya..amien. kak akui kak sedih sekali saat mengmbl kptasan td kak smapi menangis, jjr sblm nya blm prnah kak mengalami sperti itu baik di putusin atau kak yang memutusin pacar tapi ketika mmtusin adek kak sangat sedih sekali. kak lakukan ini semua kak gak ingin mmbuat adek kecewa,nantinya. kak merasa krng pantas untuk adek..kak berdoa adek mendaptt jodoh yang jauh lbh baik di banding kak..doakan kak mg bisa konsisten mengikuti jejak langkah rosulullah amien....kak harap adek masih mau bersilaturrahmi dengan kak meski dengan status berbeda. klo kmrn spasang kekasing sekarang jdi saudara..kak msh blh manggil adek kan? klo gak blh ya kak panggil UKHTI..SELAMAT BERJIHAD DI JALAN ALLAH..smoga sllu dalam bimbinganya &lindunganya amien...”
Apa lagi yang harus aku pertahan kan dari dia. Tak mungkin rasanya. Aku ingin membuatmu selalu bahagia, sehingga aku tak pernah bicarakan kesedihan yang aku alami. Aku ingin selalu tertawa di hadapanmu.
Tapi kenapa Kau selalu bimbang dengan aku. Apalagi jika ada lelaki yang lain dekat denganku. Aku juga tidak pernah mendekatkan diri pada mereka kok. Selalunya mereka yang menawarkan tuk jadi temanku. Mungkinkah aku harus menolak niat suci seseorang yang ingin menjalani silaturahmi denganku.
22 november 2009.
Di Sungai tangkas. Di depan sekre Kampar. Aku atas nama Roziah telah munutup diary tentang Muhammad Damsir. Hari. Hujan di hari ini adalah doaku untuk pernikahanmu. Aku merestuimu. Meski tanpa kado. Tapi doaku tlah terbang melayang menujumu. Semoga kau bahagia bersamanya. Amin. Semoga aku juga bahagia bersama suamiku kelak. Amin.
Dalaf...kau tau itu, aku jadi menerawang akibat sebuah pertanyaan yang lucu tadi malam. Mungkin aku akan senang, jika ciuman itu dari diri DALAF sebagai suamiku kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar