KU benrangkat menuju UPI menggunakan bus yang aku sendiri sudah lupa namanya. mungkin sekitar 7 tahun silam. Sewaktu aku semester 2 di kota Bandung. perjalananku dari Pekanbaru ini diwarnai dengan berbagai cerita yang sebenar sudah lama ingin aku tulis.
Aku memang tak begitu pandai merangkai kata. Tapi sebagai lelaki aku akan berusaha untuk mencetak ini sebagai pengajaran dalam kehidupanku.
Aku suka baung makanan sewaktu kecil, dengan alasan kasian kucingku belum makan. Itulah kalimat yang slalu terucap dari bibirku pada ibu, jika ibu bertanya mengapa aku buang makanan.
Hari ini aku sudah bisa menghargai seulas nasi, disebabkan oleh pembicaraan Syeikh tentang nikmatnya makanan di sisa terakhir. Apatah lagi aku pernah mendengar perkataan seorang wanita yang pernah membuat aku menyanginya../...
"Dinda gak suka orang buang-buang nasi. Mereka tak tahu apa, gimana susahnya, diterik matahari orang-orang mengumpulkan sebutir beras itu. Dinda sudah mengalami itu. Betapa susah untuk menanam, menyemai,menimang dan menuai padi itu. tapi dengan mudah saja orang membuangnya. Dinda sedih aja."
Kata-kata itu bisa terbukti saat aku melanjutkan perjalanan intelektual di kota Bandung ini. aku menyaksikan betapa orang susah mendapakan makanan. mirisnya bahkan aku sellau melihat orang-orang menyangka ada sisa-sisa makanan untuk dijsikan hidangan pagi, tengah hari bahkan malam.
Kini aku mulai menghimpun cerita bersama mereka, untuk mengisyafi kejadian yang ku saksikan saat ini.
Aku benar-benar terpuruk saat aku tak bisa menasehati, ketika aku tahu hal itu adalah salah. Aku tak bisa menaseti. Aku hanya menyelimuti tubuhku dengan selimut. Itualh caraku menutup diri daripada tahu akan semua yang aku liat ini.
Aku mndapati perempuan-perempuan yang menaiki bus ini, menginap di hotel-hotel, hanya untuk membayar ongkos bus dari terminal padang menuju Jakarta.
Perempuan-perempuan itu sengaja mengorbankan diri untuk sesuap nasi.
Manusia diciptakan dengan nasib yang berbeda-beda. Hingga ku tertuju pada seorang wanita yang aku pikir baik orangnya lewat cerita aku.
Aku lihat dari tatapa matanya seperti aku melihat orang lain melalui tatapan mata untuk mengenal jauh sampai ke lubuk hatinya. Aku bahkan tak perlu mendengarkan cerita, orang tersebut.
seperti aku mengenal kekasihku saat ini lewat tatapan matanya.
Aku melihat Permpuan yang sebut saja syahara itu dipaksa oleh supir untuk memuaskan nafsu bejatnya. Caranya yang dilakukan oleh supir tersbut, adalah memasukkan obat-obatan terlarang ke dalam minuman Syahara tersebut, hingga dia mabuk dan siap untuk dijadikan bahan pemuas.
Aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menjadi penonton saja. Sebenarnya aku malu dengan diriku sendiri. Yang tak mampu memperbaiki keadaan ini.
Aku hanya bisa berdoa, untuk melawan ini semua.
Sama seperti saat ini, aku juga menghadapi hal yang sama dalam konteks berbeda.
Aku Insyaf TUHAN...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar