Minggu, 19 Juni 2011

MAAFKAN AKU DALAF

....

Lampu tamaram sepanjang perjalanan dari MTQ menuju ke UIR, tak lagi mengusik perhatianku saat ini.

Aku hanya diburu rasa bersalah pada DALAF. Bagaimana tidak, aku mungkin menyebabkan DALAF marah saat ini.


Aku berpikir, bisa melanjutkan tidurku yang telah dirampas oleh murid ngajiku td sore. Tapi, bagaiman aku bisa terlelap, jika nun disana kekasihku marah pada sikapku.

Aku yakin kantuk tidak akan mendekat padaku. Semoga setelah aku melafaskan semua kejadian ini, aku bisa tidur, walau hanya 5 menit tuk aku melakukan shalat TAHAJJUD.

KANDA...

Dinda merasa, memperhatikan, melihat dan menilai kanda tak memperhatikan dinda walau hanya sekali untuk waktu satu detik saja sayang.

Kanda menjatuhkan pandangan pada bumi, yang dinda tafsir itu wujud dari marah kanda pada dinda

Diberbagai kesempatan, dinda begitu antusias tuk menatap kanda.

Dinda sebenarnya tak ingin bersedih, tapi dinda sensitif sayang.

Berulang kali dinda mengajak kanda berbicara, tetapi tak sedikitpun kanda merespon. Dinda tak malu lagi melihat kanda, meskipun kanda tak ingin melihat dinda saat ini.

Ya Tuhan

Kata-kata apalagi yang hendak ku tulis di sini?

Maaf sudah berulang kali aku ucapkan. Tapi aku belum lagi mendapat respon.

Awal ceritanya adalah, saat aku terlupa kalau ada undangan di Rumah pak Nazirun. Aku benar-benar lupa. Tiba-tiba saja aku teringat, ketika aku sedang luluran.

Aku juga menjadi bingung. Tak tau harus berbuat apa. Aku mencoba meluahkan kebingunganku kepada DALAF.

Responya sangat positif. Tapi hatiku mengatakan dia punya kesibukan. Jadi kuurungkan niatku, untuk tidak meminta bantuannya.

5 menit setelah itu, sepupuku nelp, berniat mengantarkan aku ke rumah pak Nazirun. Tanpa membuang waktu, aku melepaskan seluruh pakaianku, lalu mandi.

Usai mandi dan berpakaian, aku langsung menunggu di depan pintu. 5 menit, Rahman is pun tiba.

Sampai di jalan. Tiba-tiba Kanda menanyakan.

"Dinda ada helemed?"

"Ada."

Selang dua menit DALAF menelponeku. Aku tidak begitu dengar suaranya. karena kami dijalan.

"Aslamalaikum."

"waalaikumsalam."

"dinda ada helemed."

"Yalah."

"Kanda tunggu di MTQ aja. Dinda cari kado dulu yah."

"Okelah."


Aku akhirnya memutuskan membeli magigcom seharga 300 ribu. Alangkah geram rasa hati, lama kali orang tersebut membungkus kadonya. HUFT...

Akhirnya aku pun terpaksa turun tangan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sampai tuntas.

Kami pun melangkah usai membayar semuanya.

****

ALLAH MAHA PENENTU SEGALANYA

Sampai di MTQ, aku tak kalau jualan jagung itu adalah MTQ. Mungkin karena faktor malam. Ramhman pun tidak berhenti. aku pikir dia tau, kalau DALAF menunggu aku di MTQ. akhirnya sampai di depan KOKI SUNDA, kami memutuskan untuk menunggu DALAF. Lalu aku mensms dia.

seiring waktu berlalu, diapun tiba.

Pertama yang memberi kesan buruk padaku adalah Pandangannya yang tak lagi bersahabat kepadaku. Dia tertuntuk marah.

ALANGKAH HANCURNYA HATIKU SAAT ITU. BEGITU KUAT ANGIN YANG INGIN MEMATIKAN LILIN DI HATIKU. AKU HANCUR. SEDIH. KECEWA. AKU HANYA BALIK MENYALAHKAN AKU, SERAYA BERTANYA DALAM PIKIRAN AKU.

"Marahkah dirimu wahai DALAF?"

"TAPI KENAPA?"

AKU TAK LAGI MAMPU MENATAP KOSONGNYA RASA DARI PANAH MATANYA YANG TAK LEMBUT MENGUSAP HATIKU. Sembari tawa membuat aku bingung. tapi aku harus pasrah. Mencoba untuk berpikir positif saja tentang semua hal.

Aku melihat dia kebut-kebutan di jalan. Padahal kami sudah di Jalan KASAH. Dia tidak berhenti. Dia malah lurus. Bingung harus bersikap. Akhirnya aku dan rahman memutuskan untuk menunggu dia jalan tersebut. Ku coba menelpone dan menSMS dia. Tak juga ada jawan dan balasan.

Ya TUHAN....

Kemana Hilangnya kekasihku?

Aku kembali bersedih.

Aku heran, Aku malah khawatir dia marah kepadaku. Tapi kenapa? Apa penyebabnya? Aku masih saja bodoh dengan pertanyaanku sendiri. Tak mampu aku jawab.

Karena tak juga ada jawab. Aku tetap berpikir positif.

"Dia tak tau jalan mungkin IS"

"mungkin kak."

"Atau dia marah dek?"

"Mungkin agaknye."

"Apa karena lama dia nunggu IS."

"Ye lah tu agagknye. Sebab kak, aku kalau nunggu cewek aku lame-lame. aku Pon marah juge."


AKU MEMUTUSKAN UNTUK TERUS MENUNGGU DIA.

"Is, coba kau susul abang tu Is. keliling saja di sekitar sini. Mungkin dia nunggu kite di depan."

"ye lah kak e."


****

Aku sendiri. berteman lalu lang kendaraan. Untuk menghilang suntuk, lalu aku sempat menghitung jumlah kendaraan yang lewat di depanku.

Aku coba menelponnya kembali. aku bahagia, dia mau mengangkan. Lilin hatiku yang terliuk-liuk oleh angin tadi, kembali normal. Aku senang seketika.

"Kanda dimana?"

"Di rumah Pak Nazirun."

"Kanda dah sampai."

"Iya."

"Dinda disini sayangku. Dinda sendiri. Jemput dinda sayang."


Dia pun datang menemuiku. Sermpak pulak dengan Rahman yang juga sampai. Akhirnya aku menaiki motorku sendiri.

Sampai di tempat pesta. Aku lihat dia tak kunjung menyoroti aku. Amarah benar-benar terlihat. Dia asyik sendiri dengan HPnya. Aku benar-benar merasa dihukum oleh kesalahanku.

Aku masih bertanya pada otakku.

KANDA...MUNGKINKAH KAU TERLUPA ADA AKU DISINI YANG MENCINTAIMU. HINGGA ENGKAU ENGGAN UNTUK MEYAPAKU DENGAN MATAMU WALAU SEBENTAR....

Tidak ada komentar: