Nafas tua itu terengah-engah saat emosional menggantung dirinya pada kenyataan aku sedang berduaan dengan DALAF. Pemilik denyut nadi itu tak lagi siuman. berkoar-koar yang kami bingung mendengarnya.
Kusam keadaan, ditambah lagi kedegilannya yang tak mau membuka alas kaki yang mungkin di beli dari BANGKOK. membuat hatiku membatu melihat wajahnya. Aku memang selalu memoleskan senyuman pada setiap keadaan. Bukan munafik. Tapi aku tak suka saja mempertontonkan keadaan marah hatiku padanya.
Bukan karena aku sedang menjabat sebagai Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia saat ini, atau karena ada DALAF ada di dekatku saat ini. Bukan itu.
Tapi karena aku tak mau hanya mematung diri menyaksikan Kekasihku dimarahi orang tanpa aku bisa melindiunginya. Aku menjadi marah karena AKU TELAH BERJANJI DALAM HATIKU UNTUK SLALU MEMBUAT DIA BAHAGIA
Kenapa sih kamu harus marah-marah sama kekasihku. Kamu tahu Darif...Aku tak suka kamu marah-marah sama dia seperti itu. Aku tak ingin kamu nyakitin dia.
Bahkan saat ini aku tak ingin menghormati sebagai kakak lagi. Ntahlah...selama ini aku cukup bersabar dengan sikapmu yang aneh itu. Aku bahkan sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali kau kasar padaku.
Aku tak peduli itu, karena tidak pengaruh padaku.
Tapi aku tak suka kau marahi dia, hatiku menjadi sangat terluka, akibat marahmu itu. Tak sedikit pun kau hormati dia sebagai lelaki, padahal kau mencintai dia. Itukah yang kau sebut sebagai CINTA.
Aku ingin sekali menutup telinga DALAF saat darif memarahinya tadi.
Aku ingin melindungimu DALAF dalam doa, tidur dan jagaku....
Aku bukan lelaki, tapi aku percaya Allah akan memberikan kekuatan kepadaku untuk selalu melindungimu DALAF....
Aku tak hanya berharap bisa rebah di hatimu, tapi aku juga berharap kau rebah di hari HATIku....
seperti katamu...I LOVE U BECAUSE ALLAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar