Sabtu, 25 Juni 2011

Buk Eli...

Aku mengenalnya sebagai istri seorang pembantu rektor 1 UIR. sebut saja nama PR tersebut pak Nurman.

Ibu cantik yang bernama Buk Eli ini merupkan sesorang yang sangat ceria dalam hidupnya.

Kisah bermula, saat pertama aku mengenalnya di FKIP UIR. Ketika kami saling mengawas.

"Roziah ni Hebat"

"Masyalah..."

"Engko pintar kan. Engkau Pemuncak UNRI kan? Orang-orang tu suka dengan enkau. waktu wawancara engko tak ada masalah siket pun. Orang-orang tu tertawa terbahak-bahak karena engko. memanglah"

" Tak adalah buk. biasa aja."

Aku terheran dengan perempuan paruh baya ini. Ntah kenapa. Kok dia tahu. padahal aku tak pernah cerita. Aku heran.

Keherananku membuat aku memucahkan pertanyaan..

"dari mana ibu tahu?"

"Adelah..."

"Aku tak pernah cerita padahal."

"Aku cuma tak paham pada satu orang buk."

"Siapa tu?"

"Pak Nurman."

"Ngape die?"

"Tak paham aku, ape yang dia tanya."

"Ha....itu suami ibuk tu."

"ape?"


Aku kaget setengah mati. Kenapalah.

Hubungan aku dekat dengan ibu ini. Aku anggap dia sebagai ibu angkatku. Aku selalu meminta pendapatnya untuk segala hal yang aku hadapi dalam kehidupan ini. Pacar. Kerja. dan segalanya.

Aku selalu ngirim pantun padanya, tengah-tegah malam. Kadang dia membalas. Aku sengaja membangunkan dia saat shalat tahajud. Ntah mengapa aku begitu menyayanginya.

Sejak saat itu aku mengenalnya sebagai Istri Pak Nurman. Sampailah saat ini, 13 Juni 2011.

Ketika aku lebih dari 6 jam berkeliling FKIP mencari keberadaanyan yang tak kutemui wujudnya.

Aku selalu rindu pada sosok itu. Sosok yang selau aku usik saat ngawas ujian.

Aku berhenti mencari, lalu bertanya pada teman baiknya, ibu wita dan juga May Novita.

"ibu sehat?"

"Sehat. Oji?"

"Alhamdulillah."

" Ibu, oji kik tak liat Buk Eli? Istri pak Nurman tu buk? Dari tadi oji nyari dia. Kemana dia? Dia tak ngawas? Kenapa?"

"DIa kecelakaan." dia bukan istri pak Nurman. Istri pak Zaini, Dosen fisipol."

Aku bagai tersambar petir. Mengigil tubuhku saat ini. Aku merasa sakit sekali dengan kabar ini. jantungku sejuk. Aku seperti biduk yang tak terarhkan lagi.

Aku sedih. Benar-benar sedih.

Aku ingin melihatnya. tapi Mei dan 2 otrang ainnya tak mengajak aku membesuk bu Eli.

Aku sendiri tak bisa ngapa2in. Aku terus dengan kesibukanku yang harus aku kerjakan. Aku hanya bisa berdoa smoga dia sembuh. Tapi niat di hatiku untuk melihatnya begitu besar.

Allah mengabulkan doaku. 24 Juni 2011. Aku dibawa dalaf ke rumah ibu itu. Aku berterima kasih kepada Allah karena menanugerahi dalaf dalam hidupku yang tahu apa yang aku inginkan.

Aku bahagia DALAF. KAU MEMBAWA AKU KE SANA.

Tiba di rumah ibu Eli. Aku langsung duduk di kakinya. Aku tak kuasa nahan tangisku yang tersembunyi lewat senyumanku.

aKU SEDIH. tAPI AKU TAK BOLEH SEDIH.

Aku Terharu.

Tapi aku bersyukur. Allah memberi peluang ungtuk aku melihat ibu ini lagi, dan mencium tangan dan kedua pipinya.

Terima kasih ya Allah...Terima kasih Dalaf.

Ya Allah Sembuhkanlah IBUku ini ya Latif.

Tidak ada komentar: