Aku kecewa. Di sini tempat aku marah kepada diriku sendiri yang tak mampu memberi warna pada tulisanku. disebabkan banyak faktor yang aku sendiri tak pernah diberi tahu. ada yang merasa sok pintar sendiri.
Terserah orang mau bialang aku durhaka. Aku tak mau saja jadi boneka oleh Printer yang telah aku pilih dan ternilai mahal harganya ini. Ternyata semakin mahal harganya ia malah bisa membuat kita emosi, karena printer ini sombong dengan harganya yang mahal hingga dia semena-mena terhadap kekuasaannya hingga aku merasa kesal dan terhunus olehnya.
Ntahlah pada siapa aku harus marah. Mungkin pada diriku sendiri yang tak mampu menyuarakan gataran marahku kepada printerku.
Mungkin printer ini betul-betul tidak punya memori. Tapi dia telah diciptakan untuk menggunakan memorinya sehingga yang dicetaknya tak salah begini.
Lihatlah garis yang terhasil tak lurus seperti penggaris panjang. Kenapa Tuhan? Hurufnya miring-miring begini hingga tersalah tulis jadi namanya di situ. Ku berharap tertulis nama adi, tapi jadi ida.
kenapa Ya Allah.
Atau aku yang salah Tuhan... Aku gatot. Bodoh. Bongak. ntahlah.
Ya TUHAN...
Apa kau harus bersabar dengan semua ini. Hal kecil yang terasa menerobos kegeramanku untuk melahirkan kata-kata yang aku sendiri malas mengeluarkanya. Kalau tidak begini, maka aku akan jadi orang yang palaing tudak petin untuk diriku sendiri, karena mengungkapkan kesal saja aku tidak mau.
Aku sendiri tak bisa berbuat banyak. Hanya menjadikan ini sebagai pelajaran yang paling berharga dalam hidupku. Bagaimana tidak. Ke depan, aku bisa memiliki printer yang lebih bagus dari printer ini. Printer yang bijaksana. Aku telah menyusunya secara bagus tapi hasil print berubah. Mungkin saja ada yang salah dengan printnya tersebut.
Aku kesal yang berkepanjangan melihat hasil print ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar