"Kanda...Boleh dinda nanya satu hal?"
"Tanyalah buah hatiku...."
"Hmmmm...Tapi kanda jawab jujur ya!"
"Ia sayangku...Insylah."
"Beneran ya. Gak marah kalau dinda nanya ini?"
"Gak sayangku."
"Kanda pilih mana antara Mesya Putia sama dinda?"
Aku terdiam. Decak kekaguman mengalir kesluruh tubuhku. tak aku menduga jawabannya tertuju padaku.
Lalu antara aku dan dia hanya diam.
AKU BERSYUKUR TUHAN
Ucapannya saja membuat aku bahagia. Apatahlagi nanti jika beneran terjadi. Benarkah dia akan memilih aku sebagai istrinya? itulah pertanyaan2 yang mencuat di otakku saat itu.
Tak habis pikir olehku, hingga aku benar2 terdiam. Diam aku karena terkesima oleh kata-katanya.
"Dinda harus yakinkan kanda?"
"Apa yang harus dinda lakukan untuk meyakinkan kanda?
"Dinda harus yakinkan kanda, bahwa dinda hanya milik kanda."
"Apa kanda siap terima resiko? Kita akan melukakan wanita itu. Soal Lelaki itu tak begitu penting. Ada dan tiada dinda tak berarti apa-apa buat dia. Tapi tidak bagi kanda. Kanda tu sangat berarti buat Meysa Putia.
"Dinda tu tak percaya sama kanda. Tolonglah yakinkan kanda Sayangku. Jangan jadikan kanda ni alternatif."
Aku tertunduk kembali dalam pembaringanku. Sungguh..aku insyaf dengan kalimat terahir darinya kali ini. Bukan apa-apa.
Dia telah memilih aku. Ya Tuhan.
Aku ingin membuat dia bahagia ketika dia meminta...
"kanda mau dinda jadi kayak kemarin. Cemburu cuma sebentar aja. tak lama-lam kayak gini."
"insylah sayangku.."
"Dinda lama kali cemburunya. Kanda tu terombang ambing selama dua hari ini."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar