Sabtu, 22 Oktober 2011

Musyawarah Pintu

"Kamu harus hati-hati memilih."

"Hmmm.."

"Kalau tidak yang sekarang, Bisa yang lama naik."

"Ya gitu?"

"Posisimu lemah."

"Maksud?"

"Dikaukan prajurit kontrak."

Lama seekor Semut yang baru pulang dari Austrlia dengan pesawat Boing 878 itu berpikir. Lalu dia bergumam dalam hati. Timbul pikirannya ingin mengusik ketenangan adik seorang jendral yang sedang memimpin sekarang.

"Siapapun itu pemimpin kawasan intelektual kita nanti tak jadi masalah. Aku menginginkan seorang pemimpin yang tidak membuang musuhnya. Akan tetapi mengajak dan menghargai lawanya untuk ikut andil dalam membina ilmu dan mengantarkan negara kita ini pada posisi yang cemerlang."

"Itulah dikau harus jeli. Jangan sampai salah pilih."

"Jangan sampai dari suku pasukan merah itu menguasai negara kita. Bagaimana jadinya nanti negara kita ini. Kita tidak pernah bisa jadi raja di negeri orang. Biarlah kita jadi raja ke negeri kita sendiri."

"Ya juga tu."

"Aku tahu. Pasukan Merah tak suka denganku."

"Iya, tu."

"Kok tahu?"

"Mekipun aku tak ikut bergaul dengan mereka, tapi aku tahu dari cara mereka yang selalu nyiyir dan perotes denganku. Tak jarang juga pasukan Merah itu memarahiku di depan orang banyak. Memprotes segala tingkahlakuku. Yang terkadang hanya aku balas dengan ketawa dan senyuman."

"Pilihlah dengan Baik."

"Insyalah. Nanti saya akan bertanya kepada Pak presiden. Saya hanya bisa ikut cakap pak Presiden saya saja nanti. Karena hanya dia yang bisa saya hargai dan ikuti pendapatnya."

"Ooo. Kalau begitu. Pasti Pak presiden menyarankan Pak Jendral untuk jadi pemimpin negara kita ni?"

"Kok gitu?"

"Jendral itukan kadernya presiden."

Musyawarah pintu berakhir ketika pergantian jam.

Semut putih yang baru jadi orang baru yang mempunya taring untuk memilih itu, kini pulang dalam keadaan berpikir. Di hatinya ia berdoa semoga negara ini kelak dipimpin oleh Seekor semut yang berbelang Merah dan Putih.

Hidup memang pilihan. Salah pilih pemimpin maka akan rugi selama lima tahun.

Inilah Firman Allah tentang pemimpin:
1. Al-Maidah: 51. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

2. Al-A'raf: 3. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya[528]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).

3. As-Sajadah: 24. Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar[1195]. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.

Siapapun kelak yang menjadi pemimpin negeri, aku berharap dia seorang yang dekat dengan agama. Aku tak masalah menjadi orang yang tidak punya jabatan. Hidupku tidak butuh jabatan. Hidupku butuh Allah sebagai pemberi segala ketenangan dan kebahagiaan.




Tidak ada komentar: