Kamis, 12 April 2012

Telajak Kata Buruk Padahnya

Ya Allah... Engkau selalu dikala siapa-siapa dan apa-apa tak ada saat kubutuhkan. Semua ini biarlah aku simpan sendiri. Mungkin aku bersalah, hingga siapa-siapa berhak memasang mata merah, dan pandangan garan serta suara tinggi saat mengungkapkan salah... karena benar pun aku akan selalu mendapat perlakuan begitu... Walau separah apapun... semua ini terasa senang dan tak akan melunturkan senyumku karena Allah kuajak bersamaku. Semua itu adalah Qadha dan Qhadarnya yang telah tertulis 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
Ini adalah ungkapan perasaanku yang terdalam. Hari ini aku yang masih mempunyai perasaan sedih, meencoba mengajak orangt-orang yang aku anggap sebagai keluarga untuk memenemani aku pergi makan-makan. Sejak semalam sebenarnya. Aku butuh pertolongan mereka. Tapi semua punya kesibukan.

Aku cuma orang yang tak pandai bercerita tentang derita batin yang aku alami. Aku pun tak tau kenapa aku selalu saja tersenyum menghadapi sesuatu hal. Aku jarang sekali minta tolong, apatah lagi dengan orang yang dekat denganku. Jika aku minta tolong, itu berarti aku tak bisa melawati hal itu sendiri. Itu berarti aku sangat butuh ditemani. Aku bisa menyelesaikan persoalan hidupku sendiri, tapi aku selalu membutuhkan semangat dari mereka yang aku sayangi. 

Tapi semua ini ada hikmahnya. Aku sebenarnya ingin minta maaf kepada dia. Sudah aku kirim lewat sms. Tapi semua itu tak akan cukup untuk memaafkan kesalahanku. Apatah lagi kata-kata kecewa hatiku yang terlontar tadi "Aku janji dengan diri aku sendiri aku tak akan ngajak Ayu lagi. Dalam hal apapun. Jangan salahkan aku."

Itu adalah kalimat yang paling keras yang pernah terlahir dari bibir aku. Sungguh itu sangat menyakitkan. Aku tak akan menyesali semuaa yang pernah terungkap itu. Karena aku sudah melewati berbagai peristiwa dengannya. Ini untuk sekian kalinya aku dimarah. Tugasku sudah kulakukan untuk meminta maaf, tapi jika tidak dimaafkan, bukan menjadi urusanku lagi. 

Kejadian ini tak akan membuat rasa sayang aku pada kak Ema, Ayu dan Liza berkurang. Aku cuma menyadari satu hal terpenting saja. Allah selalu ada untuk kita. Buat apa susah, karena susah itu mudah. Telajak perahu bisa diundur, telajak kata buruk padahnya. Mungkin pepatah ini bisa mewakili untuk perkataanku yang terlanjur tadi. Apapun itu Allah adalah Tuhan yang pemaaf dan pembuka pintu maaf. Semoga Ayu bisa memaafkan aku.

Tidak ada komentar: