Rabu, 25 April 2012

Kemampuan Menulis


FEATURE

            Seorang penulis harus mempunyai kemampuan sebagai berikut:
Pertama; Kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis. Seseorang tidak dapat menulis apabila ia tidak tahu apa yang akan ditulisnya. OLeh karea itu, penulis harus menemukan dan memahami masalah yang akan dtulisnya Kemampuan penalaran yang baik serta kepekaan terhadap yang terjadi dalam masyarakat dan lingkungan sangat membantu penulis dalam mencari, menemukan dan memahami masalah. Disamping itu penulis juga harus mampu melihat hubugan-hubungan antara gejala-gejala dan kejadian yang dilihatnya. Kemudian mengembangkan hubungan-hubungan itu dan menyusun dalam satu keseluruhan yang teratur kegiatan menulis tepat sekali apabila disebut dengan istilah mengarang (tocompose).

Kedua; Kepekaan terhadap kondisi pembaca. sebagai bentuk peristiwa komunikasi,menulis pada hakekatnya adalah menuangkan gagasan , pendapat, perasaan, keinginan dan kemauan, serta informasi kedalam tulisan dan kemudian ‘’mengirimkannya’’ kepada orang lain. Jadi, terminal kegiatan menulis adalah pada diri orang lain, yaitu pembaca. Oleh kaena itu setiap kali menulis,seorang penulis harus mengeahui benar terhadap pembaca tulisannya itu kemudian ia berusaha memahami kondisi pembacanya dan menyesuaikan tulisanya dengan kondisi pembacaya itu. Penulis megubah atau mengorbankan gagasan yang akan disampaikan, melainkan ada usaha bagaimana penyajian yang sesuai dengan karakteristik pembacanya. untuk itu penulis harus mengetahui apa yang diketahui pembaca berkaitan dengan materi tulisanya, apa yang belum mereka ketahui, dan apa pula yang perlu diketahui oleh mereka.
Ketiga; Menyusun perencanaan penulisan. Menulis memerlukan perencanaan. Oleh karena itu, setiap kali penulis akan menulis suatu karangan itu harus mempunyai perencanaan penulisan.perencana itu mungkin ada dalam pikiran saja atau mungkin pula dituangkan secara terinci diatas kertas. Penulis yang profesional menyusun dan menulis secara terinci perencanan penulisannya, karena berdasarkan pengalaman-pengalamannya dalam menulis perencanaan penulisan sangat bermanfaat bagi seluruh proses menulis. Perencanaan penulisan sering kali dikacaukan dengan outline. Sesungguhnya perencanaan penulisan bukan hanya sekedar outline. Harus diperhatikan bahwa outline hanya merupakan bagian dari perencanan penulisan oleh karena itu, menusun perencaaan penulisan tidak cukup hanya menulis outline saja. Perencanaan penulisan sering disebut pula dengan istilah design. Didalamnya dikemukakan berbagai hal antara lain:
            Masalah penulisan, tujuan penulisan, kegiatan-kegiatan dalam proses penulisan, macam-macamdata yng diperlukan,cara-cara memperoleh data sumber  data dan instrumen untuk memperolehnya, cara mengolah data, seta rencana-rencana penyar yang berupa outline karena. Design itu dapat pula dilengkapi dengan skema, chart, yang menggabarkan proses penulisan. Design inilah yang akan mandang penulis dalam prose penulisan nanti. Design penulisan masih bisa berubah atau berkembang sesuai dengan kebutuhan. Pada hakekatnya proses penulisan itu sendiri adalah poses penemuan terus-menerus yan memungkinkan diperolehnya hal-hal yang baru yang belum terpikirkan pada waktu menyusun design.
Keempat; Kemampuan menggunakan bahasa Indonesia. Penulis harus meguasai bahasa yang digunakan untuk menulis. Jika ia menulis dalam bahasa Indonesia dia harus mengunakan bahasa Indonesia dan mampu menggunakannya dengan baik dan benar. Menguasai bahasa Indonesia berarti mengetahui dan dapat menggunakan kaidah-kaidah tatabahasa Indonesia (tata bunyi, tata bentukan kata, tata kalimat , tata wacana ), mengetahui dan dapat menggunakan kosa kata bahasa Indonesia. Ia juga harus mengetahui dan mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku, yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
            Dapat menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar berarti mampu menggunakan bahasa Indonesia sesuai kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik berarti dapat memilih ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi, pemilian ragam bahasa dalam konteks komuniasi ini dilakukan dengan memperhatikan topik yang dibahas, suasana (resmi atau tidak resmi), pemeran komunikasi serta hubungan antara mereka, waktu serta tempat komunikasi.
Kelima; Memulai menulis. Memulai menulis sering merupakan kegiatan yang sulit dilakukan. Hal ini dialami baik oleh penulis yang sudah berpengalaman maupun orang yang  belajar menulis. Penulis penulis yang sudah berpengalama merasa mempunyai keterikatan akan tanggung jawab bearti (commitment) terhadap tulisan yang dikerjakannya. Perasaan ini mendorong dan untuk memperiakan penulisannya selengkap-lengkapnya. Apabila hal itu terjadi berlebihan akan menimbulkan hambatan penulisan. Untuk mengatasi hambatan hendaknya diingat bahwa perencanaan penulisan itu bukanlah sesuatu yang kaku. Dalam pelaksanaan penulisan bisa terjadi pengembangan-pengmbanan, menambah atau mengurang, apa yang dikemukakan dalam perencaaan. Oleh karena tu, penulis jangan terpaku pada perencanaan saja. demikian perencanaan penulisan selesai dipersiapkan kegitan menulis harus segera dimulai.
            Kesulitan untuk mulai menulis yang dialami oleh mereka yang belajar menulis bisanya timbul karena kesulitan untuk menyusun kalimat yang pertama. Mereka kebingungan dari mana mereka menulis, dan bagaimana membuka kalimat pertama dalam karangannya. Untuk mengatasi ini dapat ditempuh dengan cara mmberanikan diri untuk begitu saja menulis kalimat yang pertama. Dalam menuliskan kalimat pertama satu bab misalnya, tidak perlu terlalu lama memikirkannya. Kalimat pertama ini biasanya menjadi tumpuan kalimat-kalimat berikutya. Oleh karena itu, perlu segera dibuat apabila kalimat pertama itu sudah tesusun. Jika terjadi kesalahan dalam kalimat pertama kesalahan itu dapat diperbaiki dalam proses revisi.
Keenam;  Memeriksa karangan sendiri. Menulis bukannya kegiatn sekali jadi, melainkan merupakan pekerjaan ‘’lanjut ulang’’. Artinya, kegiatan menulis yang dilakukan dalam menyusun naskah dikerjakn dengan menuliskan bagian demi bagian secara berkelanjutan, dan membahas kembali setiap aliran yang selesai ditulis untuk memperbaiki jika terdapat kesalahan. Kegiatan menulis yang demikian ini memerlukan ketekunan dan kemampuan penulis untuk memeriksa karangnnya baik bagian demi bagian maupun seluruh tulisan setelah selesai ditulis. 






Tidak ada komentar: