Kamis, 15 September 2011

Pergilah!

Aku semaki buas dengan tikaman-tikam luka yang diiris Dalaf pada ulu hatiku. Malam tadi saja misalnya dia mengatakan

"Apa perlu kanda melakukan sebuah kesalahan besar agar dinda bisa membuka hati buat orang lain."

Ya Allah... Maafkanlah diriku yang telah hadir dalam kehidupannya. Kini aku terasa seakan merepotkannya oleh rasa cinta untuknya. Harusnya aku sadar saat dia bicara tadi malam. Aku bukan lagi miliknya.

Ya Allah. Tariklah semua cinta yang aku punya buat dia selama ini. Biar saja aku menikmati tikaman luka yang dia berikan saat aku tak berdaya dan terhina begini. Ketika semalam dosen FKIP menggosipkanku di Musalha yang dah lama tak kukunjungi.

Aku tak merasa sedih, ketika semua mereka menjelek-jelekkan diriku, lalu memuja Meysa dan Dalaf.

Aku terasa sendiri dengan keadaan sore semalam yang memboyong kesedihan akibat ucapan-ucapan itu. Biarlah aku terluka.

Apa yang harus aku lakukan ya Allah.

Malam ini aku tahu satu hal. Dalaf terasa bimbang dengan keadaanku yang sekarang. Membuka diri dan menutup hati.

Aku mersa menjadi orang yang paling tak berguna, ketika orang yang aku sayang harus bimbang dengan keadaanku. Hingga dia ingin melakukan kesalahan besar.

KETIKA DIA MENIKAH DENGAN ORANG LAIN, IKHLAS BAGIKU ITU BUKAN KESALAHANNYA. ADALAKAH YANG LEBIH BESAR DARI ITU?

Jika kelak memang ada, anggap saja itu bukan kesalahan. Bukan aku tak rasional lagi. Bukan. Sekali-kali bukan.

Aku tak terbiasa menyalahkan orang lain, termasuk musuhku sekalipun. Apatah lagi dia yang aku cinta.

Jika dia risau dengan keadaanku, itu berarti dia telah meniadakan aku dalam kisah cintanya lagi.

Jika dengan sadar dia meminta aku membuka hati, haruskah aku melakukan itu? Haruskah aku memaksa diri untuk itu? Bukan itu bisa berlaku secara alami tanpa paksaan.

Pangeran Syurgaku jika rasa ini membuatmu terganggu, abaikanlah aku. Lupakan sajalah aku. Anggap aku tak pernah ada dalam hidupmu. Bila perlu anggap aku tak pernah ada di dunia ini. Seperti Yang dilakukan Mawar terhadapmu.

Aku ikhlas dengan semua itu, karena ku tau siapa aku. Aku juga tahu siapa aku di sisimu kini. Mungkin lebih hina dari seorang penyelingkuh. Aku tak akan membuat dirimu merasa berdosa lagi.

Biarlah aku di sini. Memujuk hati ini. Kelak akan ku temukan obat hati.

Pergilah bersamany! Anggap dirimu tak pernanh mengenalku. Anggap saja aku tak pernah lahir untukmu.

Tidak ada komentar: