Kuceritakan sedikit kehidupanku bersama dua orang yang ada di kiri dan kananku.. Foto ini diambil ketika acara halal bi halal di rumah adek Faisal lelaki yang berbaju hitam. Kami sengaja hadir ke rumah itu untuk mengejutkan sahabatku yang bernama Sila Sazali (lelaki berkulit HITAM dan berbaju putih). Kebetulan malamnya di tidur dii rumah adek.
Mau taukan serunya cerita kami. Sebenarnya aku tak mau menceritakannya, takut nampak kejelekan sahabatku itu. Dia gak mandi ketika aku ke rumah itu. Ada untungnya dia berkulit hitam, jadi tak nampak daki yang menambah berat badannya. Akan tetapi sebantar lagi dia akan meninggalkan kami, haruslah aku tulis kenangan indah kami ketika bersama.
Hahahha. Aku terasa bahagia ketika menulis ini. Mereka membuat ku tertawa terbahak-bahak. Mereka menghiburku di saat aku terluka. Ya Allah, Limpahilah karunia-Mu kepada mereka-mereka orang yang sangat aku sayangi. Meraka banyak berjasa kepadaku selama ini. Sejak dari 2004 hingga sekarang.
Faisal misalnya, Tak pernah menolak ketika ku meminta bantuannya untuk hal apa saja. Tak bisa ku tulis karena aku tak pernah bisa mencata semua yang telah dia kerjakan buatku. Dia selalu datang tepat waktu ketika aku sakit, atau apa sajalah. Dia sudah ku anggap seperti adekku sendiri. Semoga suatu saat dia beneran jadi adekku ya. Amin Ya Allah.
Sebut saja namanya Peyek, nama ngetop dari sahabatku Sila Sazali. Dia seorang yang sangat lucu. Bagaimana tidak, semua orang yang mengenalinya akan tertawa ketika dia melawak. Namun sayang, dia jarang sekali ketawa dengan lelucon yang dia buat. Aneh ni lelaki.
Kami bertiga hoby makan ayam penyet.
Satu ketika, aku pulang dari Malaysia. Kami makan ayam penyet Putra Semarang, Sila yang traktir kami berempat ketika itu. Hahahah.. ada kejadian yang tak bisa kami lupakan. Faisal dan temanya ngerjain si Sila.
Ketika sila pergi membayar, Ku dengar Faisal berbisik...
"Nyuci piring lah kawan."
"Maksudnya?"
"hhaha Mati."
Aku berpikir pasti ada yang tidak beres. Ternyata benar. Sila dikerjain oleh anak berdua tu. Akhirnya dari tempat kasir, sila memanggilku. Dia kelihatan malu sekali atas perbuatan kedua orang ini. Hmmm.. Tapi ujung-ujungnya kami tertawa keras-keras.
Faisal... Faisal, ada-ada saja adek ni.
Andai saja aku bisa mengulang masa-masa indah itu selalu dalam hidupku. Tentu aku tidak parah dengan luka yang dititipka Daun padaku saat ini. Apatah lagi luka yang disertakan di lembaran undangan yang berwarna kuning kecoklat-coklatan itu.
Kini aku dan Faisal akan kehilangan Sila yang akan ke Selat Panjang. Meninggalkan kami semua. Ya Allah.. kami harus kehilangan seseorang yang berharga buat kami. Tak mungkin kami bisa menghalangi langkah Sila menuju sukses. Semoga dia sukses di sana.
Selamat Jalan Sahabat Sejatiku... Kenang daku dalam doamu..
Terima kasih Allah, Terima kasih Kanda, Terima kasih Sila, Terima kasih Faisal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar