Walau pun cinta tak menghadirkan Daun padaku di dunia ini, pastilah cinta yang akan menyatukan kami di akhirat kelak. Siapapun yang kucintai kini, laksana menatang air yang penuh. Ku berhati-hati sewaktu mengunci kamarnya di hatiku kemarin, kini tak henti-hentinya aku mencintai. Siapa yang telah menjadi objek cintaku kini, akan kucintai sampai akhir hidupku, karena cinta merupakan lelaki yang pertama kupeluk dan kucium dengan sadarku. Tidak ada yang akan mencabut diriku dari padanya. Tak juga ada tali pemisah hubungan kami.
9 Sembilan 20 sebelas. Aku sendirian di dunia ini, Pangeran Syurgaku. Diriku hayalah satu kerdipan mata dalam leksikon hari. Kesendirianku yang telah engkau tuliskan menjadikan aku semua pandang yang terjaga atau terlelap lebih dari HORIZON yang diberitakan pak Amir.
Semakin hari aku menjadi tak lagi selayang pandang. Menjelma bak telenovela berepisode yang tak pernah berhenti. Aku lebih garang dari lagu rock yang sebelum ini hanyalah lagu dangdut, karena aku adalah nassyid Opick yang mampu memukau triliunan umat di dunia ini. Sekelip mata saja lebih besar dari persetubuhan dirinya dengan sang istri.
Jika Khahlil Gibran pernah mengungkapkan “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…” Aku bahkan lebih. Aku mencintainya lebih dekat dari kehadiran cahaya yang membanggakan matahari. Aku mencintai seperti leksikal yang tak sempat diucapkan oleh titik yang menjadikan kata sebagai kalimat. Begitulah aku mencintainya.
Aku mengikuti cintak yang berbelok-belok. Karena likuan-likuan itu adalaha sudut yang melahirkan keindahan cinta. Likuan adalah bentul lurus darti derajat yang sesungguhnya. Aku ikhlaskan semua yang terjadi. Aku pasrahkan pada-Nya yang telah menghadirkan rasa cinta itu. aku tak akan menyerah apalagi harus mengalah meskipun belati menimbulkan tikaman yang tajam pada garis-garis urat biru yang terlihat dipergelangan tanganku.
Ku yakin, belati-belati itu akan hancur oleh kuatnya cinta antara kami sampai aku mendengar suara cinta memanggilku dan melihat jiwaku siap untuk berkorban”
Aku tahu aku punya tujauan baik untuk, untuknya maupun Dia. Jika tidak baik aku tentu sudah melakukan cara yang tidak halal. Mesipun kami dipisahkan oleh alasan duniawi dan dann jarak skala alam. Aku masih saja mencintainya. Jiwa tetap ada di tangan cintaterus hidup sampai kematian datang dan menyeret kami kepada Allah Azza Wajalla.
Hentikan tangisanmu wahai Pangeran Syurgakuku. Berbahagialah, karena kita diikat bersama dalam cinta. Dengan keindahan cinta kita bisa meleraikan kusut benang yang menjaring penyatuan cinta kita.
Cinta tak perlu kau ucap dengan leksikal-leksikal dari leksion dan luar leksikon kita yang menjadikanya bahasa yang tidak memerlukan rayuan tapi kesetiaan hati, meskipun tak seorang pun tahu hati manusia lain.
Kita tidak boleh mengaggap cinta itu hanya sementara, karena kita akan tergolong siapa yang menganggap cinta itu sementara adalah orang paling bodoh. Karena yang sementara kata Ani-ani bukanlah cinta, karena cinta itu harus tulus.
Biarkan saja aku masih meneteskan permata bening ini karena masih peduli padamu yang kini menjadi miliknya. Izinkan aku setia menunggumu meskipun kepedulianmu terhadapku telah kau serahkan padanya.
Aku masih bisa tersenyum jika dirimu telah mencintainya dan aku turut berbahagia karena pilihan dirimu. Aku hanya ingin mengalir seperti air, terbang bebas bak beburung. Karena aku ingat bahwa aku telah menemukan cintaku yang sesungguhnya dan kehilangannya. Ketika api cinta ini kau padamkan, maka aku tak akan padam bersamanya karena wanita shaleha bukan wanita yang bersedih ketika kekasihnya menjadi milik orang lain, tatapi wanita yang tetap ikhlas melepaskan kebahgiaannya untuk kepentingan orang yang dicintainya meskipun dia punya setriliun cara mendapatkan Pangeran Syurganya. Begitulah kletah Wanita Melayu jika dia tidak dipilih untuk dijadikan istri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar