Minggu, 31 Juli 2011

Magrib Pertama Ramadhan 1423 H (Rindu MAK)

Aku sendiri saat ini. tak ada suara orang yang aku sayang. Tak ada tangan mengelus lembut rambut ini, Maaaaaaak ingin ku teriak sekuat-kuatnya sampai tak ada lagi nada yang tersimpan. Tapi mak tak datang memeluk aku. Mak tak datang menyisir rambutku. Mak aku benar-benar rindu pada mak. Sampai tak tau lagi harus berbuat apa.

Sampai jam 9 malam aku belum lagi makan. Nasi tak mau bersahabat dengan aku mak. 

Tiap kali kendaraan melintas di hadapanku, sebanyak itulah aku selalu memanggil nama mak. Aku tak tahan mak. Aku sedih dengan semua ini. Semua cerita yang membelenggu hidupku. Aku sudah banyak dosa mak. Di sini aku selalu berbuat jahat. Mak

Andai aku ada saat itu. Pasti butiran permata itu tak mampu tuk kubendung. Mak. Aku ingin bersamamu. Kenapa ya Allah. Aku jauh dari emakku. Haruskah aku menangisi keadaanku yang seperti ini. 

Harusnya Aku bersyukur dibandingkan Dalaf, Ningsih, Idil dan gadis mungil bernama Annisa yang semalam kukenal tanpa bicara di depan makam almarhumah Ibu. Sesekali aku Annisa menggenggam tanganku yang tak ku mengerti maksudnya. Lalu aku mencoba mengelus jejari itu. Diapun menatapku sambil menyunggingkan senyum yang aku sendiri tak mengerti isyaratnya. 

Aku kembali mengingat Mak di Kampung yang tadi ku sapa lewat telephone. Aku ingin rasanya bersama mereka menikmati hidangan sahur atupun berbuka. Entah kenapa aku harus sedih dan terluka begini. Kenapa aku tak sekuat Dalaf yang masih mampu menerbitkan senyumnya untukku di sela kesibukannya mengerjakan tugas Sertifikasi dosen FKIP UIR. 

Kami sama-sama memerlukan sosok ibu. Inghin bersujud di kakinya dan memeluknya. Tak kuasa ku tahan tangis di satu Ramadhan ini. Bukan karena keperitan hidup yang terus menghujani hidupku. Tapi kehilangan kebersamaan dengan keluarga kami. 

Aku tak mau Dalaf merasakan hal yang sama. Oleh itu, aku selalu berucap ’Smangat’ agar dia menyelesaikan pekerjaannya. Aku ingin dia ada di samping Ayah dan adek-adek yang begitu mencintainya. 

Uraian air  mata memang tak bisa kubendung. Ntahlah. Mengapa Hamba cengeng begini Ya Allah. Tak lagi ada konsentrasiku saat menyetrika, Mandi, Luluran ataupun makan sekalipun. Tapi tetap aku ingin tersenyum selalu buat Dalaf. Sekali-kali aku mencuri perhatiannya dengan kejahilanku.   

Kehadiran Dalaf saat ini sungguh berarti. Ya Allah... dalam ketidakSHALATku, bolehkah ku meminta pada-Mu. Semoga Dalaf adalah jodohku. 

Tidak ada komentar: