Kamis, 07 Juli 2011

Ciuman Pertama untuk DALAF..

DALAF...

Berawal dari sebuah ciuman pertamaku untuk lelaki dalam hidupku. Tak Pernah aku memberi itu pada mantan yang pernah ku anggap sebagai cinta sejati dalam hidupku (Dedi Irawan Bustami) yang pernah meminta secara tulus ketika malam tahun baru 2009 tika itu. Tidak Juga pernah aku berikan kepada cinta Ali yang pernah aku sayangi sejak 2001 itu. Dua lelaki itu sudah pupus dari hatiku ketika aku memutuskan untuk menghadiahkan ciuman itu kepada DALAF.

Aku tahu cinta itu tak boleh terbentuk dari nafsu. Tapi aku tidak menafikan cinta yang kini aku punya adalah sebuah cinta yang suci yang dititip Allah kepada kami. Perasaan yang tak pernah kami undang atau kami jemput. Datang dengan sendirinya tanpa kami minta.

Ciuman itu aku berikan sebagai bukti aku memilihnya atas cinta tulusnya. Ciuman itu untuk memberhentikan bibirnya dari bertanya tentang Dedi, Ali dan Adi. Pertanyaan yang tak jelas sering ku dengar dari bibirnya atau dari smsnya. Ciuman itu sebagai alamat untuk dia menghilangkan keraguaannya terhadap hatiku yang kini sudah benar-benar mencintainya.

Padahal aku sudah mulai menyukainya ketika pertama kali aku mengenalnya di FKIP UIR. Tapi aku selalu menepis semua itu, karena aku tahu dia punya pacar, begitu juga aku sudah punya ALI.

Aku sendiri heran dengan keberaniaan yang aku kumpul sejak dari hari pertama aku berangkat ke Medan. Aku tak tahu bagaimana menjelaskan hubungan aku dengan Ali atau persahabatan aku dengan Adi.

Aku hanya ingin dalaf tahu kalau sungguh mencintainya. Biarlah aku salah telah menciumnya. Biarlah aku salah. Tapi cuma itu yang bisa aku buktikan.

Aku tak ingin kehilangan kesempatan ini. Karena esok belum pasti ada.

Ciuman itu mendarat ketika kami melihat pertnjukkan tarian daerah medan di sebuah pasar di Perapat.

Ketika dia sedang asyik melihat pertunjukan itu, aku langsung mengangkat kakiku lalu menciumnya. Ntah dia suka atau tidak dengan caraku, aku tak tahu. Tapi hatiku terasa damai dan mendadak perasaan malu menyerang tubuhku sehingga mukaku menjadi merah.

"Apakah kanda masih ragu atau curiga?"

"Tidak sayang."

Jawaban yang begitu yakin keluarnya dari bibirnya

"Kanda percaya sama dinda."

Tidak ada komentar: