Aku harus memuntahkan lagi segala apa yang masuk ke perutku. Mulai tadi saat nikmat makan terasa di lidah. Tapi perutku tak berterima karena pngaruh suasana hati yang kian terluka.
Luka yang tercipta akibat aku tak bisa memesonakan cinta yang aku rasakan pada DALAF, ditambah lagi dengan kerinduanku pada kebersamaan keluarga besarku.
Aku coba memahat tawa pada setiap tindak tandu yang menggema dalam seluruh ingatanku.
Aku paksakan memesrakan rasa rindu terhadap tubuh2 yang akhir2 ini mengisi tiap sudut rumah hijau ini. ber+ dengan kerinduan terhadap kekasih yang dua hari lalu menlungkup di keharibaanku.
Bagaimana aku bisa menahan rindu pada semua sosok yang pernah bersatu lewat jamaah shalat magrib ketika dulu. Wajah-wajah yang kian menuntun aku pada persambahan untuk menghambakan diri selalu pada-Mu Allahqu.
Aku sebenarnya hanyut dalam kesedihan yang aku tak sengaja lahirkan. Lewat kenangan indah yang aku terima dari mereka semua.
Apakah ini sebagai langkah awal tuk mempersiapkan diri pada sebuah rumah persegi panjang di dalam tanah itu. Yang pada saat itu aku hanya sendiri.
Apa ini bentuk latihan dari kematian yang aku tak tahu kapan akan mendatangiku.
Semoga ini bukan hukuman.
Aku ikhlas Ya Allah. Aku sendiri harus menyembunyikan rasa ini semua dari pengetahuan mereka. Aku sembunyikan keadaanku yang tak berdaya begini dari pengetahuan keluarga besarku. Aku ingin mereka bahagia.
Allah..
Engkaulah penolongku.. tika dan saat ini..
Ku kuncupkan rindu pada Bapak, Mak, Yong, dek Nur, Dek Amran, dek Ikhmal dan Dalaf..
Semoga mereka bahagia selalu... Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar