Ferry Penyebrangan Perawang, 17 Mai 2011
Ada yang aneh di sini. Ferry penyebrangan yang biasanya menembus aliran sungai setiap 30 menit, kini menunggu penuh penumpang. Setelah diselidiki ternyata, hal ini berubah setelah jambatan penyebrangan jadi. Untuk melewati jambatan tersebut butuh waktu 1 jam. Adek akhirnya memutuskan untuk menunggu. Sampai akhirnya, aku duduk duluan dalam kapal.
Sempat juga aku mengingat Dalaf dan menulis tentangnya.
Aku rindu.
Mencoba sedikit hilangkan runyam dalam hati. Kekhawatiran tentang kesehatanya. Apa sebenarnya yang menggaanggu perutnya saat ini. Mungkin saja pemicunya adalah stres. Aku juga mulai merasakan apa yang dia rasakan. Kekhawatiran tentang benar atau tidaknya rasa dalam hati.
Susah.
Sangat susah.
Bedanya tipis antara sahabat, cinta, dan sayang. Apa sebenarnya yang aku rasakan ini? Selalu aku bertanya. Namun tak ada jawab. Tapi hati tak henti bertanya. Itulah yang menambah pusing kapalaku di kantor semalam. Kenapa harus begini?
Teringat smsnya yang masuk semalam. “ Dalaf sayang kakak karena Allah.” Kenapa dia berkata demikian. Bagiku itu sebuah kalimat yang mengusik ketenangan hatiku. Saat ini aku lagi dekat dengan Also Susanto. Mungkinkah aku harus membiarkannya sendiri. Atau ikut kembali menyelingkuhinya.
Kepalnya masih belum ada tanda-tanda untuk bergerak. Mungkin kapal ini juga ikut bersenandung dengan hiruk pikuk hatiku saat ini. Tidak mau memberikan senyum yang melangkahi urai sebuah derita.
Lalu kami naik sampan, dengan membayar Rp. 15.000.,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar