Minggu, 08 November 2015

Titah Negeri Berasap

Satu puisiku tercantum dalam buku tersebut.



Titah Negeri Berasap
Roziah
Inikah negeriku?
Miskin  tak bertempat
Sejarah laknat manusia tak beradat

Inilah negeriku.
Kepapaan dikemudiankan
Kekuasaan diutamakan
Korupsi ditauladankan
Kezinaan dibudayakan
Mulut disumbat harta tanpa martabat
Mulut-mulut miskin bicara
 Jera jadi lawan kekuasaan
Karena ancaman tak makan

Oo ini negeriku?
Pemimpinku ikut  rapat  penting
Wanita di pesta pengujung
di tiap hari
Apa peduli gaji,
besok dapat dana kompensasi
Minyak tak beli tuk kesana-kemari
Ada Uang transportasi mobil dinas PRIBADI
Jaket hitam  membusung dada mengangguk tegas

Wahai negeriku
Aku di sini
Aku di sini
Tak mampu berteriak
Tak bisa cerita asap sesakkan dada
Bahwa aku tak makan
Gajiku ludas beli tabung gas

Tidakkah kau malu pemimpinku?
Hari minggu pun aku lalu dengan kertas-kertasku

Pemimpinku
Aku mau bertanya padamu
Posemu di Baliho itu berapa harganya?
Mahalkan?
Berapa?
Ayo berapa?
Ehh.. kau diam. Bisu.. tak malu.
Bagaimana jika tidak ada?
Semua mengenalmu tanpa itu
Sini saja uang yang kau bayar itu
Minta aku
Beli masker
Kenapa Diam dan kaku lalu berlalu hanya begitu tiap waktu


Ternyata inilah negeriku
Negeri angkuh dengan utang-utang tak terbayar
Pemimpin tak berperasaan melihat hina aku kelaparan
Senyum penuh teka-teki penuh misteri
Hati-hati telah mati karena iri dengki
Aku mati di ujung ajal menyisakan doa
Buat dididkanku yang tercinta
Dalam rintihan
mereka tak akan tersia-sia
Dan teraniaya

Wahai negeriku
Tunggu aku lahirkan lagi di bumiku
Ku sensing fajar sampul dan isi peradaban baru
Aku akan ambil posisi mu pemimpinku
Aku proklamirkan kembali keinginan pahlawanku melalui peserta didikku
Demokrasi takkan lagi dapat kau beli
Aku mengajar mereka untuk dipilih
Bukan Memilih
Tak ada lagi jeritan tangis karena akan sarapan ubi













Tidak ada komentar: