Sebait
satatus kanda di facebook itu, telah mengundang air mata ini untuk
meluncur di pipiku yang kian kusam. Tak kuasa aku menahan tangis. Tapi
semua ini terpaksa terjadi. Meskipun itu sebagai bentuk balasan dari sms
yang kukirim di subuh yang dini kemarin. Berkali-kali aku membaca dan memahami stat ini. lebih dari 10 kali. Biarkan dan izinkanlah nama mu tetap terukir
indah di hati ini. Hanya pelukislah yg mngerti lukisannya. Jika memang
ini sdh takdir, ikhlaskanlah. *Berbuat yg terbaik. Tetap semangat & tersenyum... —
Tanpa sadar aku yang jarang menjawab statusnya, terpancing untuk membalas pesan tersebut. Sebenarnya aku baru memulai makan siangku saat membaca stat itu, tiba-tiba aku tak jadi menyuap dengan enak makanan kesukaanku. Pikiranku mulai karu.
Kesian
sungguh nasib pelukis itu sekarang. Tangannya tak mampu melukis apa
yang ada di hatinya meski bibirnya terlukis indah oleh senyuman. di deru
kekacauan itu, masih dan tetap tertata rapi namamu. cuma waktu yang
akan membuktikan. bisa saja maut datang menjemput, tangan itu tak pernah
bosan melakarkan keajaiban rasa itu.
Tuhan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar