Di beberapa rapat Fakultas dan Universitas aku selalu mendapatkan Aqua Botol dan sekotak kue yang enak. Tak cuma aku yang dapat, tapi semua peserta rapat mendapatkan itu. Mulai dari Pemimpin sampai ke dosen biasa. Hal ini tentu menyenangkan kan?
Usai rapat, biasanya apa yang berlaku? Aqua dan kotak yang tadi berisi habis seiring selesainya rapat. Yang tinggal hanyalah sampah yang berserakan. Aku heran kenapa orang begitu sulit membuang sampah yang tadinya membantu menghilangkan rasa haus dan lapar mereka. Aku pikir itu bukanlah hal yang susah membuang sampah pribadi ke tong sampah yang telah disediakan. Kenapa harus menunggu tukang kebersihan? Apa karena jabatan seseorang itu malu menjinjing sampahnya? Entahlah. Aku Heran.
Siapa sebenarnya pelaku kebersihan?
Tapi biarlah aku membuang sampahku sendiri di setiap rapat yang aku ikuti. Aku merasa aku sebagai pelaku kebersihan itu. Bukan orang lain. Orang kebersihan hanya digaji 600 ribu, sedangkan dosen 3000.000 perbulan. Kita yang harusnya punya tanggung jawab lebih dalam hal ini.
Kita sebagai pendidik harusnya mengajari diri kita untuk menjaga kebersihan kampus. Tak ada gunanya kita hanya protes dengan mahasiswa yang membuang sampah sembarangan, jika kita tak mampu membuang sampah pribadi kita.
Setiap masuk aku selalu mengajak mahasiswa aku untuk menjadi pelaku kebersihan. Jika salah satu dari mahasiswa tersebut tidak melakukannya, maka satu kelas akan kena denda. Meskipun satu kulit permen saja ada di kelas maka setiap mahasiswa yang ada dalam kelas tersebut harus menyetor uang kebersihan sebesar 2000/ mahasiswa.
Mengeluh oleh sebagian dosen yang saya dengar setiap hari, tak mungkin terjadi jika dosen itu bersedia membuang sampahnya sendiri. P
Ayo bersemangat. Prilaku kebersihan adalah kita, mulai dari Rektor, Pembantu Rektor, Dekan, Pembantu Dekan, Kajur, Sekretaris Jurusan, Ketua Prodi, Dosen, Mahasiswa, Pegawai, BHL dan seluruh komponen yang ada di UIR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar