14 Oktober 2016. Malam yang dini aku menangis. Tangisan yang penuh keharuan ini disebabkan oleh malaikat kecilku yang sangat kratif. Dia mengelus-elus pipiku dengan jemari mungilnya. Sentuhan tang lembut itu membangukanku dari tidur nyenyakku.
Aku memandangnya penuh rasa heran. Aku kaget dengan kepandaiannya kali ini. Dia memandangku dengan penuh kasih sayang. Tatapan yang dibarengi rasa was-was. Lalu dia mencium pipiku sambil berkata "mmmaaaahhh... mmmmaahhh". Tidakan ini membuat aku dengan semangat bangun dari tilam Palembang. Memang tidak ada kasur di kamar kami di Jogja.
Hal paling mengharukan aku adalah, sebuah toples bertutup merah jambu di samping kananku. Dia menujukkan toples itu sambil berkata
"Nak mam ma. Mmmam."