Kamis, 21 Maret 2013

India

kanda...

Nama itu selalu ingin aku panggil  setiap kali aku ada dan tak ada di dekatnya. Entah kapan aku mulai kebiasaan tersebut dalam hidupku, tapi yang pasti aku sudah akan menjadi biasa. Sebut saja malam ini, aku melewati berbagai tempat yang basa aku lewati. Tiba saja bibir ini memanggil nama itu. Hendak menceritakan semua yang sebenannya ingin aku rahasiakan. Tapi sudahlah. Tuhan mentakdirkan sebuah peristiwa yang tanpa sengaja bibir ini mengucap tanpa batas. aku seolah-olah tanpa bebang menguraikan satu persatu hal yang tak lagi bisa aku jalani, buat sementara waktu.


Aku teruskan saja menulis meskipun ada 'sesuatu'. Menulis lagi buat mengurai satu persatu yang aku jalani ini. Tak punya niat berbagi.Tapi sekedar bercerita.

Teringat aku akan dua buah gelas yang pernah nama itu ceritakan. Di sebuah tempat yang indah. 
"Dinda..."
Aku hanya dia ketika itu/
"Dinda."
 Aku masih saja diam tanpa tahu apa yang aku pikirkan
"Dindaaaaaaaa"
"Ya Kanda"
Ada dua gelas yang sama bentuk dan ukannya. Gealas A tertutup, gelas B terbuka. Lalu, kita ambil air sebanyak-banyaknya dan dituangkan ke gelas tersebut. Gelas yang terbuka hanya mampu menampung air sesuai dengan ukuran gelas tersebut. Tapi gelas yang tertutup akan oleng, lalu bisa saja pecah jika terjatuh. 

Aku mulai dengan berpikir tentang itu. Aku memahami. Aku coba aplikasikan.

Di satu sisi. Aku sangat menyayangi seseorang yang terkadang sering aku panggil 'India' dalam hatiku. Jujur aku tak bisa membatasi rasa sayang itu. Andaikan dia menginginkan makanan yang sudah ada dalam perutku, akan aku keluarkan, jika makanan itu masih utuh. Sungguh aku tak bisa membatasi kasih sayang ini.

Tapi di sisi lain. Oang itu merasa tersekaiti dengan kedekatan ini. Aku jadi sangat sedih. Sampai tiga malam aku menangis dan menyembunyikan rasa itu hany dalam hatiku. Aku hanya bercrita pada sang Pemilik hati. Aku tetap berdoa semoga rasa sayang yang aku punya tetap bertambah, meskipun aku tersakiti.

Aku tak bisa mengukur anugerah Tuhan yang satu ini. Aku begitu bodoh dalam menguraginya. Kata yang tepat aku mungkin sangat tulalit.

Aku ingin sekali memeluknya saat ini. Cukup dengan itu aku bisa berbagi tentang derita yang aku alami saat ini. Mungkin wajar kehadiranku hanya menyusahkan dirinya selama ini. Tapi Aku tak tahu lagi bagaimana aku ingin mengungkapkan rasa rindu ini padanya. Sungguh aku ingin melihatnya tersenyum padaku di setia hari kerjaku. 

Tapi..
Dia tidak lagi mau dekat denganku karena dia makan hati. Lebih menyakitkan kehilangan sahabat daripada sakit saraf.  Biarkan rasa ini tetap ada. Memberi walau tak diberi, menerima walau tak diterima{Mahkota)

Tuhan... Hanya Engkaulah satu-satunya objek kasih sayang yang tak pernah perhitungan.

Tidak ada komentar: