Sudah lama aku tak sempat menggerakka jemari lentikku di laptop kesayanganku. Semua akibat kesibukan yang tak pernah ada ujung. Ya hari ini tertumpuk sudah ide yang harus dimuntahkan agar aku bisa melupakan kejadian pahit yang baru saja aku alamai.
Dalam duni kerja, aku selalu ditemani oleh seorang kakak, kawan dan juga kehormatan bagiku. Sungguh dia satu-satunya orang yang ikut dalam penderitaanku selama ini. Mulai dari kuliah, sampai akhirnya kami sama-sama bekerja.
Dalam hal apapun. Dialah yang selalu mengajarkan aku arti kesabaran. Karena terlalu banyak aku melihat balutan kasih sayang darinya padaku. Sungguhaku tak kuasa menhan tangin ini. Untuk hal yang kecil saja.
Ketika namanya dicoret oleh pimpinan dari tim Teknis. Sungguh aku merasa kecewa dan hancur. Padah sudah sebulan yang lalu aku mengirimkan dia. Mungkin ini aku sudah tak berarti apa-apa bagi. Atau aku sudah tak layak lagi membuat keputusan. Ya. Jka begini, lebih baik aku mundur saja. Tak mudah bagiku mencari orang yang solid denganku. Aku lebih baik bekerja sendiri tanpa dibantu oleh tim teknis. Jujur saja, aku tak nyaman jika orang yang dipilih itu suka mengeluh.
Maafkan aku Tuhan. Aku hanyalah manusia lemah yang tak berarti apa-apa. Tapi jujur saja aku kecewa dengan pimpinan. Maafkan kali ini aku harus bicara lewat tulisan yang tak seberapa ini. Aku yakin, Engkau akan membuka apa yang telah dia tutup. Engkau juga akan menutup apa yang telah dia buka.
Pengalaman yang aku alami ini, cukup berat rasanya. Hingga aku tak mampu menyelesaikan persoalan pribadiku yang sangat mendesak. Aku tunda semua kepentingan pribadiku.
Terima kasih pimpinan yang telah membuat aku kecewa.
Kak Ema... Terima kasih karena selalu ada untuk mengusap air mata yang tak pernah kau lihat itu. Aku tahu bahwa sesungguhnya kakak tau kalau aku sedang digugu. Senyummu cukup untuk menwarkan racun yang sudah terteguk ini. Bersamamu membuat aku nyaman bekerja. Tuhan.. Jangan pisankan kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar