Kini Laskar Putih tiba-tiba menjadi hitam. Ia menumpahkan tinta hitam pulak pada jendralnya. Alih-alih disalahkan pulak jendralnya. Sebab setelah menumpahkan tinta itu, dia pun segera berebdamminya bensin.
Kacaulah jendralnya. Sampai-sampai ia menarik diri dari perang yang sebenarnya pak jendral hanya menjadi lilin saja.
Lupa mungkin laskar putih tu kalau minyak bensin tu akan membakar dirinya. Tidak sekarang, lambat laun pasti terbakar. dia bersama pasukannya.
Allah Maha Melihat.
Jendral pula hanya tersenyum saja. Hatinya tak pernah terguris. Membela diri pun ia tidak pernah. Baginya yang penting dia bebas. dan tidak menjadi lilin lagi.
Kini jendral semakin banyak menulis. Ya sejatinya dia memang berbakat menulis.
Banyak simpati yang ia terima. bukan dia yang menangis, tetapi dia malah sibuk membujuk orang lain yang menangisi dia. Baginya semua hinaan yang ia terima hanyalah balasan dari pujian yang terima selama ini. Ia malah selalu bersyukur dengan cacian-cacian tersebut.
Dia malah banyak waktu untuk melanjutkan prestasinya. Dia sangat yakin suatu ketika orang akan mengigit jari dengan prestasinya.
semua kejadian malah membuat dia semakin dekat dengan Allah. Semakin giat shalat malam. itulah keuntungan besar yang ia terima dari deritanya selama 6 bulan terakhir. aku sempatkan menulis ceritany agar tidak terhapus dari kenangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar